Kamis, 27 Agustus 2015

Ini Aku


Kau seperti dia, kau benar-benar mirip dengannya.
Begitulah kata seorang pacar baruku kepadaku pada sebuah kesempatan untuk bertatap muka berdua, hanya ada aku dan dia karena orang yang lalu lalang disekitar kami itu hanyalah seperti udara saja. Ada tapi tidak kami anggap ada. Hanyalah sebuah pemeran sampingan untuk mendukung suasana romantis yang terasa.
Kau seperti dia, kau benar-benar mirip dengan dia.
Kata pacar baruku menyamaiku dengan orang yang dulu pernah membuatnya jatuh cinta dan kemudian meninggalkannya, sama sepertiku. Walaupun aku tidak berniat meninggalkannya.
Aku hanya tersenyum mendengar kata-katanya, untuk menyembunyikan sesuatu yang entah mengapa membuatku merasa tidak nyaman.
Coba kulihat, katanya lagi.
Matamu, bibirmu, oh rambutmu juga semuanya seperti dia, lihat matamu biru dengan putih disekitarnya. Aku seperti melihat ada bayangannya dimatamu.
Kata dia sambil memperhatikanku.
Ini aku, kataku.
Bukan dia, dan bukan juga mereka. Ini aku, jika yang kau lihat dari diriku adalah bayangan dia maka aku akan pergi darimu. Aku tidak ingin memberimu impian seakan aku ini akan seperti dia yang dulu, jika kau melihat aku ini seperti dia maka sebaiknya kau kembali kepada dia yang nyata bagimu.
Bukan aku yang terlihat seperti dia dimatamu.
Aku bisa melihat jelas bukan dimataku kau melihat bayangan dia, melainkan aku melihat bayangan dia dimatamu saat kau melihatku tanpa berkedip.
Kukatakan sekali lagi, ini adalah aku. Bukan dia dan juga mereka.
Aku ya aku, bukan aku itu dia atau dia itu seperti aku.
Bukan aku tidak ingin disama-samakan dengan dia, tapi aku merasakan kalau aku akan menjadi lebih baik dari dia. Karena sebaik-baik dia dimatamu, dia adalah yang telah melakukan kesalahan besar terhadapmu.
Kukatakan sekali lagi, ini aku.

Aku adalah aku.

0 komentar:

Posting Komentar