Selasa, 08 September 2015

Berapa Lama Kau Telah Hidup ??


Sudah berapa lama kau telah hidup seperti ini ??, tanyaku pada orang tua itu.
Tidak lama, hanya seingatku aku sudah seperti ini. Jawabnya.
Aku tertegun mendengar jawaban orang tua itu. Aku tertegun melihat pak tua itu, tubuhnya kusam dan kurus seakan-akan hanya tulanglah saja yang dia miliki ditubuhnya itu. Hanya kulitnya yang hitam yang membalut tubuhnya yang seperti geranggong hidup itu, dan kiranya kupikir warna hitam legam yang melekat dikulitnya itu bukanlah warna kulitnya yang asli. Sebab kurasa itu adalah warna yang dia peroleh dari sekian lamanya dia berjemur dibawah terik sinar matahari.
Sungguh warna kulit yang exotis dan ironis menurutku.
Dimana orang-orang kaya menghabiskan uangnya untuk berlibur pergi kepantai-pantai terkenal seperti Kuta, Bahama, Karibia, dan Brasilia hanya untuk mendapatkan kulit yang eksotis kata mereka. Disini aku menemukan kenyataan ironis, ada sesosok tubuh yang rela berjemur dibawah sinar matahari untuk mendapatkan uang sebagai penyambung hidup.
Sungguh hinanya dunia ini, sungguh hinanya juga hidup ini.
Kita bukan bertahan hidup dengan bertaruh pada iman tapi kepada uang dan harta kekayaan. Entah siapa yang sudah menciptakan kertas-kertas yang bermakna itu, tapi berkat dia kita menjadi lebih memikirkan hasil ciptaan manusia dibandingkan memikirkan hasil ciptaan yang Maha Kuasa.
Tubuh lusuh ini yang selalu bergelut dibawah sinar matahari, berbedakkan oleh debu jalanan, dan bermandikan peluh bercampur dengan letih yang bergelayutan dipundaknya.
Aku rasa dialah makhluk Tuhan yang sejati, yang hidupnya memenuhi apa yang telah Tuhan suruh kepada umat manusia. Beribadah dia suka, bekerja dan bertanggung jawab kepada keluargapun itulah yang telah menyebabkannya seperti sekarang ini. Tapi dimana janji yang katanya akan dia terima akan sebuah nikmat dunia yang dia rasakan karena perihal dia sudah bekerja dan berdo’a ??
Tidak ada. Hanya letih dan tangis penuh derita yang dia terima.
Tidak sebanding menurutku dengan apa yang diterima oleh orang-orang yang bekerja tanpa berdo’a itu, yang jangankan untuk berdo’a bahkan untuk mengingat Tuhanpun mereka tidak pernah terlintas sedikitpun dibenak mereka. Tapi mereka mendapatkan apa yang menjadi syarat untuk hidup didunia.
Tapi mereka akan menderita diakhirat, kata Tuhan.
Kalau begitu kenapa Kau turunkan mereka yang menderita didunia dan kau janjikan akan bahagia diakhirat itu kedunia ?? Biarkan mereka tinggal disana agar tidak hilang iman mereka karena kemalangan yang sudah malang melintang mendera mereka. Kau janjikan mereka untuk berbahagia diakhirat (nanti), apakah seperti janji Kau tentang akan datang nikmat didunia jika mereka bekerja dan berdo’a yang tapi nyatanya tidak mereka pernah rasakan sampai sekarang.
Setengah abad lebih sudah mereka hidup didunia ini, entah mereka sudah lupa akan janji Mu atau mungkin mereka sudah tidak memikirkannya lagi dan berharap lagi. Tapi mereka tetap saja untuk berusaha dan berdo’a meski jalan keluar yang Kau janjikan itu tak kunjung merek temui.
Aku mengeluh dalam hatiku, bukan untukku tapi karena hidup mereka.
Kau bilang kita hidup tidak boleh mengeluh, tapi jangan salahkan aku. Salahkan Kau yang memberiku sebuah hati nurani yang terkadang pedih melihat ketidak seimbangan dunia ini. Mereka yang selalu membawa kerusakan dimuka bumi ini Kau biarkan bebas melenggak-lenggok berjalan dimuka bumi ini dengan sombong, sedangkan mereka yang berharap sebuah kedamaian hidup walaupun sedikit, Kau biarkan melarat dan berjalan dengan tergopoh-gopoh dibumi yang kau janjikan pada Adam dan Hawa dulu bahwa indah melebihi surga.
Apa kau suka akan hidupmu pak tua ??, tanyaku pada orang tua itu.
Suka tak suka ini adalah hidupku, tak bisaku titipkan pada orang lain. Jawabnya.
Menetes air mataku mendengar jawabannya, apa yang salah dengan dirimu orang tua ?? Batinku berkata pada diriku sendiri. Apa kesalahan dirimu pada sang pencipta sehingga hidupmu terlahir begitu malang ?? Apa kesalahan dirimu pada orang tuamu sehingga Tuhan murka pada hidupmu ini ?? ataukah ada kau pernah menyakiti seseorang lain sebelumnya ?? Batinku bertanya-tanya meskipun aku tahu tidak pernah aku menemukan jawaban itu.
Dia yang sejak dilahirkan telah merasakan getirnya hidup ini tanpa pernah satu kalipun berkesempatan merasakan nikmat hidup, yang walaupun setia ditanya ‘nikmat apa saja yang pernah kau rasakan didunia ini ??’ dia akan selalu menjawab ‘nikmat bernafas dan nikmat hidup dengan sehat’.
Seakan-akan mencari-cari alasan untuk membela Tuhan menurutku. Banyak orang diluar sana yang hidupnya sehat dan juga ditambah dengan kesenangan dunia yang lainnya yang bahkan tidak pernah kau rasakan sampai sekarang ini, dan kau masih saja merasakan kalau hidup ini adil ??
Tidak ada yang benar-benar adil didunia ini, bahkan kasih Tuhan pada umatNya pun kurasa tidak.
Jika Tuhan adil, kenapa Dia ciptakan negara yang berperang sedangkan tepat didekatnya ada negara yang aman, damai, makmur, dan sentosa. Apa yang membedakan setiap bangsa dimata Tuhan ?? Kenapa tidak diciptakanNya saja dunia ini aman dan makmur. Agar tidak ada lagi rasa iri.
Sekali lagi aku tidak benci Tuhan, tapi aku hanya protes kepadaNya. Jika Dia marah, salahkan Dia yang menciptakanku dengan setitik nurani yang murah iba ini.
Apa yang salah dengan hidupmu pak tua, kata ku sekali lagi dalam hati.
Apa ini karma dari kedua orang tuamu tentang perihal kesalahan yang sudah mereka lakukan dimasa muda dulu. Kalaupun benar demikian, kurasa tidak bijak untuk menjatuhkan karma tentang perihal yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, sebab anak tidak tahu apa yang terjadi. Sama seperti halnya meranggas bunga mawar putih yang elok hanya karena kita benci pada sang tuan pemiliknya.
Apakah ini hukuman kepadamu karena dimasa mudamu tak pandai menyiasati waktu, karena kau terlalu terbuai oleh dinginnya udara pagimu dahulu sedangkan mereka yang tertawa sekarang berani melawan kantuknya untuk bangun dari mimpi dan menyambut hari. Tapi jika itu alasannya, kurasa akan masih tinggal ingatan tentang penyesalanmu yang tak pandai memelihaa waktu.
Apa yang salah dengan hidupmu ??

Hanya kau dan Tuhan yang tahu, aku hanya berani menerka-nerka saja tanpa berani berspekulasi. Tapi yang jelas kuharap Tuhan tidak akan ingkar janji tentang perihal harapan akan sebuah kebahagiaan yang Dia tebarkan dikhayal umatNya yang sudah bersedia rela untuk berkerja dan berdo’a.

0 komentar:

Posting Komentar