Kamis, 27 Agustus 2015

Cinta 173.45 FM


‘Hallo, bertemu lagi dengan saya Putra Kumbang diradio sehati 173.45 FM kebanggaan kita semua. Malam ini seperti biasa satu jam kedepan akan mengudara dan menyampaikan apa yang ada dihati kalian saat ini dalam sesi –Katakan Hatimu-‘
‘Kringgg’, bunyi telepon berdering.
‘Yak ternyata ada penelepon pertama, Hallo ini dari siapa dimana ??’
‘Ini dari Putri Sulung’
‘Oh Putri Sulung sudah lama ya gak kedengaran kabarnya, lagi sibuk apa sekarang ??’
‘Iya nih, maaf kalo sudah lama gak mengudara soalnya lagi sibuk ulangan akhir semeseter’
‘Oh iya iya sama juga, aku juga seminggu ini sedang sibuk Ujian semester. Belum lagi deg-deggannya kalau kalau bakalan remedial, duhhh nyesek banget deh. Sekarang mau apa nih ?? curhat kirim salam atau request lagu seperti biasa ??’
‘Untuk kali ini gue mau curhat deh Putra Kumbang, soalnya gue lagi ada masalah sama seseorang’
‘Oh ya tumben sekali, oke baiklah coba ceritakan apa yang mau kamu curhatkan ??’
****
‘Loh kok kamu nyolot gitu sih ??’, kata Angga marah-marah.
‘Lah loh kok kamu tiba-tiba marah gitu ??’, tanya Dera heran.
‘Ya, abisnya lo salahkan. Udah tau kita mau kerja kelompok eh malah keganjenan jalan sama gebetan lo yang udik itu, jadinya jadwalnya ngaret gini. Udah lama kita nungguin lo !!’, kata Angga kesal.
‘Kan aku udah bilang tadi kalau aku ketemu Gilang ditengah jalan terus dia nawarin mau nganterin aku kesini. Karena dia sama aku satu arah, kamu aja yang aneh tiba-tiba marah gini, lagian siapa juga yang langsung main pergi aja karena takut ditebengin’, kata Dera bela diri.
‘Udah jangan banyak alasan, intinya sama aja, gara-gara lo telat kita jadi nungguin lo gini’, kata Angga gak mau kalah.
‘Udah-udah, gak usah marah-marahan gitu lagian kan Dera gak terlambat-terlambat amat. Gak masalah juga kita nunggu sebentar doang’, kata Ine mencoba menengahi.
‘Ayo kita mulai kerja kelompoknya, biar cepat selesai’, Kata Nino juga membantu Ine untuk meredakan keributan ini.
Walaupun sama-sama sedang marahan akhirnya Angga dan Dera akhirnya ikut juga apa yang disarankan oleh teman-temannya untuk menghentikan pertengkaran mereka berdua sejenak.
Mereka berempatpun memulai kerja kelompok mata pelajaran kerajinan tangan. Kelas mereka mendapat tugas dari Bu Sari, guru mata pelajaran Kesenian dikelas 11 IPA A, untuk membuat kerajinan tangan. Dan mereka memutuskan untuk membuat kain batik.
Ine bertugas menjaga lilin agar tetap encer diatas tungku, Angga dan Nino meramu obat untuk pewarnaan kainnya, sedangkan Dera karena dia panda melukis maka dia ditugasi untuk melilin (menempelkan lilin dimotif kain).
Selama beberapa menit awal mereka mengerjakan tugas, mereka berempat hanya diam dan hening tanpa ada yang mau berbicara. Entah karena mereka fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing atau karena yang biasanya suka memulai pembicaraan yang bikin seru itu sekarang sedang saling diam.
‘Awwww !!’, pekik Dera tiba-tiba memecahkan keheningan.
‘Lo kenapa ??’, tanya Ine.
‘Kena tetes lilin’, kata Dera sambil terlihat seperti salah tingkah ingin mengelap tetesan lilin yang menetes dikaki kirinya tapi takut-takut, tapi kalau tidak cepat-cepat mengelapnya dan menunggu mengeras rasanya sudah tidak tahan lagi.
‘Duhh kok bisa sih, ya udah gue ambil obat luka dulu’, kata Ine kemudian berdiri dari tempat duduknya.
‘Kenapa Dera ??’, tanya Nino.
‘Kena Lilin’, kata Ine menjawab tanpa menghiraukan Nino karena sedang bergegas pergi mengambil obat.
Melihat lilin yang masih cair dikaki Dera, Angga langsung menyiram dengan air mineral yang ada ditangannya. Kemudian setelah itu dia langsung mengelap bekas lilin yang masih membekas.
‘Kok bisa ceroboh gini sih lo, kayak anak kecil aja. Makanya kalo kerja tu fokus, jangan disambil mikirin gebetan yan nganter tadi’, kata Angga sambil mengelap dan kemudian mengebat luka bakar dikaki Dera itu dengan sapu tangannya yang sudah dikasihnya air es biar kakinya Dera dingin dan gak perih lagi.
‘Jangan kasar gitu dong masih sakit lukanya’, kata Dera meringis.
‘Gue ini bukan gebetan atau pacar lo, gak bisa lembut-lembut kayak cowok cari perhatian. Kalo mau yang lebih perhatian minta sama gebetan lo tadi’, kata Angga cuek.
‘Pantes aja gak pernah dapet pacar, cewek gak suka kalo sikap kamu kayak gitu’, kata Dera pedas.
‘Biar, toh gue gak ganjen-ganjen amat buat cepat dapat pacar’, kata Angga menyudahi pekerjaannya.
Kemudian bergantian Ine yang mengobati Dera dengan obat-obatan yang dia bawa. Selesai mengobati Dera, Ine dan Nino membantu Dera berdiri dan berjalan, kemudian mendudukkannya disebuah sofa yang ada diteras belakang rumah Ine.
‘Aku gak apa-apa kok, ayo kita lanjutin lagi tugas kelompoknya’, kata Dera ke Ine.
‘Duh jangan deh, nanti ketumpahan lagi makin parah keadaan lo’, kata Ine.
‘Gak bakalan lagi deh, aku akan hati-hati kali ini’, kata Dera sambil meringis.
‘Udah deh lo jangan sok kuat gitu, nanti kalo lo lukanya nambah parah nanti gue bakalan pusing ditanyain yang macem-macem sama mama lo itu’, kata Angga ketus sambil melilin kain batik tadi untuk melanjutkan tugas Dera.
‘Iya De, lo istirahat aja Angga benar’, kata Nino membenarkan.
‘Biarin, Angga yang gantiin tugas lo’, tambah Ine.
Dera hanya bisa diam saja sambil mengangguk pelan karena berpikir yang teman-temannya bilang itu benar adanya.
****
‘Jadi apa yang bisa aku kasih komentar dari cerita kamu tadi Putri Sulung ?? kalau kamu mau minta tips obat luka bakar yang bagus ke aku baiknya jangan deh, karena pengetahuan aku soal obat-obatan itu lemah. Paling obat yang aku tahu itu mentok-mentoknya cuman sebatas entrostop aja’, kata Putra Kumbang.
‘Hahaha enggaklah, aku mau minta pendapat kamu tentang Angga. Aku enggak tahu tentang dia, padahal kami sudah berteman bahkan sejak kecil malah. Tapi akhir-akhir ini sikapnya sulit dimengerti, sering angin-anginan. Kadang dia baik banget, kadang jahat banget, kasar, dan mulutnya itu pedas banget bikin sakit hati. Dan kadang alasan dia buak kayak gitu aku juga gak tau kenapa tau-tau dia marah aja terus’, kata Putri sulung alias Dera.
‘Oke baik, kalau begitu. Aku punya pertanyaan buat kamu. Apa kamu benci dia ??’, kata Putra Kumbang.
‘Enggak soalnya gak ada alasan aku buat benci dia’, kata Dera lagi.
‘Kalau dia yang suka marah kekamu terus nyakitin kamu dengan kata-kata ketusnya itu, semua itu aku rasa udah cukup kok buat jadi alasan buat kamu benci dia’, kata Putra Kumbang.
‘Tetap gak bisa, walaupun seburuk apapun sikap dia ke aku tapi tetap tidak bisa aku buat benci dia’, kata Dera.
‘Kamu cinta sama dia ??’, tanya Putra Kumbang.
‘Cinta ??’, tanya Dera heran.
‘Iya cinta, kamu cinta dia atau tidak ?? kalau kamu cinta kasih tahu aku supaya aku bisa kasih kamu jalan keluar’, kata Putra Kumbang.
‘Iya aku suka dia, makanya aku gak bisa buat benci dia. Tapi dia malah gak ngerasa seperti itu, dengan selalu jahatin aku’, kata Dera.
‘Oke baiklah, jawabnya dia mungkin berbuat seperti itu adalah karena dia juga cinta kamu. Dia bertingkah suka marahin dan bicara yang ketus seperti itu karena dia juga bingung mau seperti apa buat ungkapin cinta itu kekamu. Ditambah lagi kamu beberapa kali didekati oleh orang lain, jadinya dia cemburu. Jadi gak usah berbuat apa-apa kalau dia juga cinta kamu dia akan ungkapin kekamu cintanya dan tugas kamu buat bersabar menunggu dia siap dan berani. Karena seberaninya laki-laki dia butuh waktu untuk mengumpulkan seluruh keberaniannya saat dia ingin menyatakan perasaannya kepada wanitanya’, kata Putra Kumbang.
‘Tapi kalau dia gak pernah ungkapin perasaannya, harus selama apa aku harus nungguin dia ??’, kata Dera bingung.
‘Tenang, laki-laki terkadang kuat menyimpan kebohongan dihatinya sepanjang hayatnya tapi tidak ada lelaki yang kuat untuk menyimpan rasa cintanya kepada wanitanya tanpa mengungkapkannya sepanjang hayatnya’, kata Putra Kumbang.
‘Baiklah kalau begitu aku akan coba menunggu seperti kata kamu Putra Kumbang. Terima kasih karena udah dengarin curhat aku’, kata Dera.
‘Iya sama-sama tapi gak apa-apa nih kalau kamu curhat dengan nyebut nama dia langsung disiaran yang lagi On air gini ?? hahaha’, tanya Putra Kumbang.
‘Gak apa-apa kok, soalnya dia gak suka dengarin radio. Dia tiap malam minggu kayak gini suka pergi keluar’, kata Dera.
‘Oh baiklah kalau begitu, lagian kalo dia dengar juga lebih baik hehehe,, oke sebagai hadia buat kamu yang udah membuka malam minggu ini dengan kisah kamu itu aku akan kasih kamu sebuah lagu dari JIKUSTIK... Rencana Besar.... Oh ya kuharap kamu gak cepat-cepat tidur malam ini’, kata Putra Kumbang.
‘Kenapa ??’, tanya Dera belum menutup teleponnya.
‘Karena ini malam Minggu malam yang panjang hahahaha’, kata Putra kumbang lagi.
Telepon pun terputus, suara Putra Kumbang diradio 173.45 FM perlahan terhapus sedikit demi-sedikit oleh intro lagu Rencana Besar dari Jikustik.
****
Malam itu malam minggu, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi mata Dera belum bisa terpejam karena rasa nyeri dan berdenyut yang ada dikakinya. Seperti yang diketahui sebelumnya kalau kaki Dera mengalami luka bakar akibat tersiram lilin panas saat melilin kain batik ketika membuat motif dan sekarang melepuh, belum sembuh.
‘TAKK !!!’, bunyi sesuatu yang keras berdetak mengenai kaca jendela kamarnya yang berada dilantai dua.
Awalnya dia hanya merasa kalau itu suara angin, tapi kemudian beberapa kali terulang lagi dan memang lampu kamarnya yang menghadap jalan itu belum dia matikan sebagai tanda kalau dia belum tidur, dan itu terlihat dari luar melalui halaman samping rumah Angga yang kebetulan berseberangan dengan rumahnya.
Kemudian karena penasaran Dera mengintip lewat balik gordyn jendela kamarnya, tampak diluar sana berdiri Angga menghadap kearah jendela kamar Dera. Karena tahu yang melakukan hal itu adalah Angga maka Derapun membuka jendelanya.
‘Turunlah dulu, aku mau bicara penting, kutunggu diteras rumah kamu’, kata Angga setengah teriak menahan suaranya agar tidak membuat berisik dan membangunkan orang-orang yang rata-rata sudah tidur.
‘Mau ngomong apa ?? ini udah malem, besok aja’, kata Dera yng sama menahan suaranya agar tidak berteriak kencang.
‘Gak bisa, harus malam ini. Kalo besok udah lain cerita’, kata Angga.
‘Emangnya kenapa ??’, tanya Dera lagi.
‘Udah nanti aja gue jelasin, yang penting gue tunggu diteras rumah lo. Kalo lo gak datang gak jadi semuanya’, kata Angga.
‘Oke tunggu gue disana, gue turung sebentar lagi’, kata Dera kemudian menutup jendela dan gordyn kamarnya dengan rapat kembali.
Sementara itu Angga langsung masuk kepintu kecil yang ada dipagar yang membatasi rumah mereka berdua, sesampai dihalaman rumah Dera dia langsung menuju teras rumah. Dan menunggu Dera keluar dari rumah. Beberapa saat lampu ruang tengah terlihat menyala, tanda kalau Dera sudah ada dikisaran ruang tengah rumahnya sebentar lagi akan keluar. Dan benar saja beberapa saat kemudian dia membuka pintu berdaun dua itu.
‘Lama banget sih turun dari kamar doang’, kata Angga.
‘Yeee, kalo lagi normal bisa cepat. Ini jalannya harus jinjit jinjit’, kata Dera sambil menjulurkan kakinya seolah memperlihatkan bagian yang luka untuk sekedar mengingatkan Angga keadaan dirinya.
‘Oh ya maaf maaf deh non’, kata Angga memanggil Dera dengan panggilan manja mereka berdua sejak dari kecil.
‘Ada apaan sih malam-malam gini nyuruh anak gadis orang keluar ??’, kada Dera lagi.
‘Gue mau ngomong sama lo’, kata Angga.
‘Lah ini kita lagi ngomong kan ?? bukan lagi makan’, kata Dera lagi.
‘Eh iya maaf, dah’, kata Angga lagi.
‘Ih kamu, maaf-maaf melulu kayak besok lebaran aja’
‘Gue mau ngomong kalo,,,’, kata Angga ragu.
‘Kalo apa ??’, Dera bingung.
‘Kaloguesukaamaelodanguemauelojadipacargue’, kata Angga cepat tanpa ada jeda tanpa ada titik koma tanpa ada spasi.
‘ahhhh’, Angga bergimik seperti seseorang yang lagi kepahitan.
‘Hahahahhaahhaha, kamu serius ?? jadi ceritanya nembak ni ??’, kata Dera.
‘Yee lo ketawa, ini gue udah susah ngumpulin keberanian buat nembak elo tahu’, kata Angga lagi.
‘Terus ada apa nih tumben-tumbenan malam gini kepikiran nembak aku ?? kesambet setan mana sih ?? emang tadi mainnya dikuburan mana ??’, kata Dera antara ngeledek, gak percaya, dan salah tingkah jadi satu.
‘Yeee, gue gak butuh diledek gini gue butuhnya jawaban dari elo. Maafin kalo selama ini suka kasar sama elo, itu semua karena gue udah lama suka sama elo dan gue gak tau gimana cara ungkapinnya gue terlalu malu dan ja’im buat ungkapin itu semua, tapi semakin gue mencoba untuk memendamnya semakin gue ngerasa gak kuat. Belum lagi mereka yang selalu deketin lo bikin gue cemburu buta walaupun gue sadar kalau gue gak berha buat cemburu. Tapi semua itu adalah karena gue gak mau kehilangan lo. Dan sekarang gue ngerasa gue udah gak tahan buat memendam semua itu’, kata Angga.
‘Ohh gitu, I see I see’, kata Dera terlihat mau ngerjain Angga dalam arti baik.
‘Terus ??’, tanya Angga.
‘Terus apanya ??’, kata Dera.
‘Terus jawabn lo apa sih nyet ??’, kata Angga kontan karena emang kebiasaan dia seperti itu sejak dulu ke Dera.
‘Idihh mau minta jawaban kok kayak gitu, gak ada-ada romantis-romantisnya. Romantisan dikit kek’, kata Dera sambil senyam-senyum malu.
‘Haa ?? okedeh habis-habis deh harga diri gue didepan lo nyet, kalo enggak benaran sayang gue sama lo udah gue angkat ketengah jalan deh. Untung udah malam gini’, kata Angga sambil berlutut dihadapan Dera dan mengambil bunga yang menjadi hiasan meja teras Dera.
‘Dera Larasati, maukah kamu menjadi pacarku ?? aku cinta kau sungguh’, kata Angga berlutut sambil mengajukan bunga hiasan yang masih ada potnya kehadapan Dera seperti orang-orang dalam film alay romantis di tivi-tivi.
Melihat itu Dera hanya senyam senyum sendiri, entah karena geli melihat semua kelucuan ini, sebab Angga terlihat kaku melakukan semua adegan itu, atau dia senyam-senyum karena merasa tersanjung dengan perlakuan Angga. Siapa yang tau.
Perlahan Dera menunduk dan mengarahkan mulutnya kearah telinga kanan Angga seperti orang ingin berbisik.
‘Iya aku mau Anggadirja Kusuma, tapi besok belikan aku bunga sebagai ganti bunga ini. Nembak cewek kok gak pakai persiapan’, bisik Dera sambil tangannya mengambil bunga hiasan itu.
Mendengar jawaban itu Angga ingin berteriak tapi langsung dibekap mulutnya oleh Dera karena akan membangunkan orang-orang yang sudah tidur, Angga seperti orang salah tingkah karena rasa senangnya itu.
‘Sekarang aku gantian nanya’, kata Dera.
‘Apa sayang ??’, kata Angga yang menyebut kata –sayang- itu agak terdengar aneh dan berlogat kaku.
‘Kenapa kamu mendadak seperti ini ??’, tanya Dera.
‘Karena aku merasa kalau tidak malam ini maka aku tidak punya kesempatan lagi dilain waktu’, kata Angga sambil tersenyum.
Tapi dalam hatinya berbisik.
‘Ini semua karena curhat kamu kayak orang begok diacaraku tadi, awalnya aku memang suka sama kamu dan sering cemburu kekamu. Tapi aku gak berani ungkapin semuanya, karena takut kamu bakalan nolak aku soalnya kita ini sudah teman dan dekat sejak kecil. Tapi karena dengar cerita kamu ke aku tadi diradio, membuat keberanian aku timbul. Kalau kamu gak curhat ke aku malam ini difrekuensi 173.45 FM, mungkin entah sampai kapan aku bakalan memendam rasa ini kekamu tanpa berani mengungkapkannya’, bisik Angga dalam hati.
Ternyata yang menjadi Putra Kumbang itu adalah Angga itu sendiri. Tanpa disadari Dera, sebenarnya dia sendiri yang sudah jujur dengan Angga  dan memberikan keberanian Angga untuk mengungkapkan perasaannya. Memang benar perempuan memberi dan kemudian menunggu, sedangkan laki-laki menerima dan datang dan meminta.
‘Benarkah ??’, tanya Dera sedikit merasa curiga ini ada hubungannya dengan curhat dia di 174.35 FM, dia berpikir kalau Angga mendengar curhatnya itu. Tapi apapun itu cinta mereka bersemu di udara lewat frekuensi 173.45 FM.
‘Iya, ditambah sedikit feeling laki-laki’, kata Angga sambil tersenyum.

‘Maaf mungkin aku akan jujur tentang semua ini, tapi tidak sekarang mungkin lain kali. Karena aku tidak mau merusak kebahagian malam ini, ini malam minggu terbaik yang pernah aku rasakan’, Kata Angga dalam hati.

0 komentar:

Posting Komentar