‘Hallo,
bertemu lagi dengan saya Putra Kumbang diradio sehati 173.45 FM kebanggaan kita
semua. Malam ini seperti biasa satu jam kedepan akan mengudara dan menyampaikan
apa yang ada dihati kalian saat ini dalam sesi –Katakan Hatimu-‘
‘Kringgg’,
bunyi telepon berdering.
‘Yak
ternyata ada penelepon pertama, Hallo ini dari siapa dimana ??’
‘Ini dari
Putri Sulung’
‘Oh Putri
Sulung sudah lama ya gak kedengaran kabarnya, lagi sibuk apa sekarang ??’
‘Iya nih,
maaf kalo sudah lama gak mengudara soalnya lagi sibuk ulangan akhir semeseter’
‘Oh iya iya
sama juga, aku juga seminggu ini sedang sibuk Ujian semester. Belum lagi
deg-deggannya kalau kalau bakalan remedial, duhhh nyesek banget deh. Sekarang
mau apa nih ?? curhat kirim salam atau request lagu seperti biasa ??’
‘Untuk kali
ini gue mau curhat deh Putra Kumbang, soalnya gue lagi ada masalah sama
seseorang’
‘Oh ya
tumben sekali, oke baiklah coba ceritakan apa yang mau kamu curhatkan ??’
****
‘Loh kok
kamu nyolot gitu sih ??’, kata Angga marah-marah.
‘Lah loh kok
kamu tiba-tiba marah gitu ??’, tanya Dera heran.
‘Ya, abisnya
lo salahkan. Udah tau kita mau kerja kelompok eh malah keganjenan jalan sama
gebetan lo yang udik itu, jadinya jadwalnya ngaret gini. Udah lama kita
nungguin lo !!’, kata Angga kesal.
‘Kan aku
udah bilang tadi kalau aku ketemu Gilang ditengah jalan terus dia nawarin mau
nganterin aku kesini. Karena dia sama aku satu arah, kamu aja yang aneh
tiba-tiba marah gini, lagian siapa juga yang langsung main pergi aja karena
takut ditebengin’, kata Dera bela diri.
‘Udah jangan
banyak alasan, intinya sama aja, gara-gara lo telat kita jadi nungguin lo
gini’, kata Angga gak mau kalah.
‘Udah-udah,
gak usah marah-marahan gitu lagian kan Dera gak terlambat-terlambat amat. Gak
masalah juga kita nunggu sebentar doang’, kata Ine mencoba menengahi.
‘Ayo kita
mulai kerja kelompoknya, biar cepat selesai’, Kata Nino juga membantu Ine untuk
meredakan keributan ini.
Walaupun
sama-sama sedang marahan akhirnya Angga dan Dera akhirnya ikut juga apa yang
disarankan oleh teman-temannya untuk menghentikan pertengkaran mereka berdua
sejenak.
Mereka
berempatpun memulai kerja kelompok mata pelajaran kerajinan tangan. Kelas
mereka mendapat tugas dari Bu Sari, guru mata pelajaran Kesenian dikelas 11 IPA
A, untuk membuat kerajinan tangan. Dan mereka memutuskan untuk membuat kain
batik.
Ine bertugas
menjaga lilin agar tetap encer diatas tungku, Angga dan Nino meramu obat untuk
pewarnaan kainnya, sedangkan Dera karena dia panda melukis maka dia ditugasi
untuk melilin (menempelkan lilin dimotif kain).
Selama
beberapa menit awal mereka mengerjakan tugas, mereka berempat hanya diam dan
hening tanpa ada yang mau berbicara. Entah karena mereka fokus dengan pekerjaan
mereka masing-masing atau karena yang biasanya suka memulai pembicaraan yang
bikin seru itu sekarang sedang saling diam.
‘Awwww !!’,
pekik Dera tiba-tiba memecahkan keheningan.
‘Lo kenapa
??’, tanya Ine.
‘Kena tetes
lilin’, kata Dera sambil terlihat seperti salah tingkah ingin mengelap tetesan
lilin yang menetes dikaki kirinya tapi takut-takut, tapi kalau tidak
cepat-cepat mengelapnya dan menunggu mengeras rasanya sudah tidak tahan lagi.
‘Duhh kok
bisa sih, ya udah gue ambil obat luka dulu’, kata Ine kemudian berdiri dari
tempat duduknya.
‘Kenapa Dera
??’, tanya Nino.
‘Kena
Lilin’, kata Ine menjawab tanpa menghiraukan Nino karena sedang bergegas pergi
mengambil obat.
Melihat
lilin yang masih cair dikaki Dera, Angga langsung menyiram dengan air mineral
yang ada ditangannya. Kemudian setelah itu dia langsung mengelap bekas lilin
yang masih membekas.
‘Kok bisa
ceroboh gini sih lo, kayak anak kecil aja. Makanya kalo kerja tu fokus, jangan
disambil mikirin gebetan yan nganter tadi’, kata Angga sambil mengelap dan
kemudian mengebat luka bakar dikaki Dera itu dengan sapu tangannya yang sudah
dikasihnya air es biar kakinya Dera dingin dan gak perih lagi.
‘Jangan
kasar gitu dong masih sakit lukanya’, kata Dera meringis.
‘Gue ini
bukan gebetan atau pacar lo, gak bisa lembut-lembut kayak cowok cari perhatian.
Kalo mau yang lebih perhatian minta sama gebetan lo tadi’, kata Angga cuek.
‘Pantes aja
gak pernah dapet pacar, cewek gak suka kalo sikap kamu kayak gitu’, kata Dera
pedas.
‘Biar, toh
gue gak ganjen-ganjen amat buat cepat dapat pacar’, kata Angga menyudahi
pekerjaannya.
Kemudian bergantian
Ine yang mengobati Dera dengan obat-obatan yang dia bawa. Selesai mengobati
Dera, Ine dan Nino membantu Dera berdiri dan berjalan, kemudian mendudukkannya
disebuah sofa yang ada diteras belakang rumah Ine.
‘Aku gak
apa-apa kok, ayo kita lanjutin lagi tugas kelompoknya’, kata Dera ke Ine.
‘Duh jangan
deh, nanti ketumpahan lagi makin parah keadaan lo’, kata Ine.
‘Gak bakalan
lagi deh, aku akan hati-hati kali ini’, kata Dera sambil meringis.
‘Udah deh lo
jangan sok kuat gitu, nanti kalo lo lukanya nambah parah nanti gue bakalan
pusing ditanyain yang macem-macem sama mama lo itu’, kata Angga ketus sambil
melilin kain batik tadi untuk melanjutkan tugas Dera.
‘Iya De, lo
istirahat aja Angga benar’, kata Nino membenarkan.
‘Biarin,
Angga yang gantiin tugas lo’, tambah Ine.
Dera hanya
bisa diam saja sambil mengangguk pelan karena berpikir yang teman-temannya
bilang itu benar adanya.
****
‘Jadi apa
yang bisa aku kasih komentar dari cerita kamu tadi Putri Sulung ?? kalau kamu
mau minta tips obat luka bakar yang bagus ke aku baiknya jangan deh, karena
pengetahuan aku soal obat-obatan itu lemah. Paling obat yang aku tahu itu
mentok-mentoknya cuman sebatas entrostop aja’, kata Putra Kumbang.
‘Hahaha
enggaklah, aku mau minta pendapat kamu tentang Angga. Aku enggak tahu tentang
dia, padahal kami sudah berteman bahkan sejak kecil malah. Tapi akhir-akhir ini
sikapnya sulit dimengerti, sering angin-anginan. Kadang dia baik banget, kadang
jahat banget, kasar, dan mulutnya itu pedas banget bikin sakit hati. Dan kadang
alasan dia buak kayak gitu aku juga gak tau kenapa tau-tau dia marah aja
terus’, kata Putri sulung alias Dera.
‘Oke baik,
kalau begitu. Aku punya pertanyaan buat kamu. Apa kamu benci dia ??’, kata
Putra Kumbang.
‘Enggak
soalnya gak ada alasan aku buat benci dia’, kata Dera lagi.
‘Kalau dia
yang suka marah kekamu terus nyakitin kamu dengan kata-kata ketusnya itu, semua
itu aku rasa udah cukup kok buat jadi alasan buat kamu benci dia’, kata Putra
Kumbang.
‘Tetap gak
bisa, walaupun seburuk apapun sikap dia ke aku tapi tetap tidak bisa aku buat
benci dia’, kata Dera.
‘Kamu cinta
sama dia ??’, tanya Putra Kumbang.
‘Cinta ??’,
tanya Dera heran.
‘Iya cinta,
kamu cinta dia atau tidak ?? kalau kamu cinta kasih tahu aku supaya aku bisa
kasih kamu jalan keluar’, kata Putra Kumbang.
‘Iya aku
suka dia, makanya aku gak bisa buat benci dia. Tapi dia malah gak ngerasa
seperti itu, dengan selalu jahatin aku’, kata Dera.
‘Oke
baiklah, jawabnya dia mungkin berbuat seperti itu adalah karena dia juga cinta
kamu. Dia bertingkah suka marahin dan bicara yang ketus seperti itu karena dia
juga bingung mau seperti apa buat ungkapin cinta itu kekamu. Ditambah lagi kamu
beberapa kali didekati oleh orang lain, jadinya dia cemburu. Jadi gak usah
berbuat apa-apa kalau dia juga cinta kamu dia akan ungkapin kekamu cintanya dan
tugas kamu buat bersabar menunggu dia siap dan berani. Karena seberaninya
laki-laki dia butuh waktu untuk mengumpulkan seluruh keberaniannya saat dia
ingin menyatakan perasaannya kepada wanitanya’, kata Putra Kumbang.
‘Tapi kalau
dia gak pernah ungkapin perasaannya, harus selama apa aku harus nungguin dia
??’, kata Dera bingung.
‘Tenang,
laki-laki terkadang kuat menyimpan kebohongan dihatinya sepanjang hayatnya tapi
tidak ada lelaki yang kuat untuk menyimpan rasa cintanya kepada wanitanya tanpa
mengungkapkannya sepanjang hayatnya’, kata Putra Kumbang.
‘Baiklah
kalau begitu aku akan coba menunggu seperti kata kamu Putra Kumbang. Terima
kasih karena udah dengarin curhat aku’, kata Dera.
‘Iya
sama-sama tapi gak apa-apa nih kalau kamu curhat dengan nyebut nama dia
langsung disiaran yang lagi On air gini ?? hahaha’, tanya Putra Kumbang.
‘Gak apa-apa
kok, soalnya dia gak suka dengarin radio. Dia tiap malam minggu kayak gini suka
pergi keluar’, kata Dera.
‘Oh baiklah
kalau begitu, lagian kalo dia dengar juga lebih baik hehehe,, oke sebagai hadia
buat kamu yang udah membuka malam minggu ini dengan kisah kamu itu aku akan
kasih kamu sebuah lagu dari JIKUSTIK... Rencana Besar.... Oh ya kuharap kamu
gak cepat-cepat tidur malam ini’, kata Putra Kumbang.
‘Kenapa ??’,
tanya Dera belum menutup teleponnya.
‘Karena ini
malam Minggu malam yang panjang hahahaha’, kata Putra kumbang lagi.
Telepon pun
terputus, suara Putra Kumbang diradio 173.45 FM perlahan terhapus sedikit
demi-sedikit oleh intro lagu Rencana Besar dari Jikustik.
****
Malam itu
malam minggu, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi mata Dera belum
bisa terpejam karena rasa nyeri dan berdenyut yang ada dikakinya. Seperti yang
diketahui sebelumnya kalau kaki Dera mengalami luka bakar akibat tersiram lilin
panas saat melilin kain batik ketika membuat motif dan sekarang melepuh, belum
sembuh.
‘TAKK !!!’,
bunyi sesuatu yang keras berdetak mengenai kaca jendela kamarnya yang berada
dilantai dua.
Awalnya dia
hanya merasa kalau itu suara angin, tapi kemudian beberapa kali terulang lagi
dan memang lampu kamarnya yang menghadap jalan itu belum dia matikan sebagai
tanda kalau dia belum tidur, dan itu terlihat dari luar melalui halaman samping
rumah Angga yang kebetulan berseberangan dengan rumahnya.
Kemudian
karena penasaran Dera mengintip lewat balik gordyn jendela kamarnya, tampak
diluar sana berdiri Angga menghadap kearah jendela kamar Dera. Karena tahu yang
melakukan hal itu adalah Angga maka Derapun membuka jendelanya.
‘Turunlah
dulu, aku mau bicara penting, kutunggu diteras rumah kamu’, kata Angga setengah
teriak menahan suaranya agar tidak membuat berisik dan membangunkan orang-orang
yang rata-rata sudah tidur.
‘Mau ngomong
apa ?? ini udah malem, besok aja’, kata Dera yng sama menahan suaranya agar
tidak berteriak kencang.
‘Gak bisa,
harus malam ini. Kalo besok udah lain cerita’, kata Angga.
‘Emangnya
kenapa ??’, tanya Dera lagi.
‘Udah nanti
aja gue jelasin, yang penting gue tunggu diteras rumah lo. Kalo lo gak datang
gak jadi semuanya’, kata Angga.
‘Oke tunggu
gue disana, gue turung sebentar lagi’, kata Dera kemudian menutup jendela dan
gordyn kamarnya dengan rapat kembali.
Sementara
itu Angga langsung masuk kepintu kecil yang ada dipagar yang membatasi rumah
mereka berdua, sesampai dihalaman rumah Dera dia langsung menuju teras rumah.
Dan menunggu Dera keluar dari rumah. Beberapa saat lampu ruang tengah terlihat
menyala, tanda kalau Dera sudah ada dikisaran ruang tengah rumahnya sebentar
lagi akan keluar. Dan benar saja beberapa saat kemudian dia membuka pintu
berdaun dua itu.
‘Lama banget
sih turun dari kamar doang’, kata Angga.
‘Yeee, kalo
lagi normal bisa cepat. Ini jalannya harus jinjit jinjit’, kata Dera sambil
menjulurkan kakinya seolah memperlihatkan bagian yang luka untuk sekedar
mengingatkan Angga keadaan dirinya.
‘Oh ya maaf
maaf deh non’, kata Angga memanggil Dera dengan panggilan manja mereka berdua
sejak dari kecil.
‘Ada apaan
sih malam-malam gini nyuruh anak gadis orang keluar ??’, kada Dera lagi.
‘Gue mau
ngomong sama lo’, kata Angga.
‘Lah ini
kita lagi ngomong kan ?? bukan lagi makan’, kata Dera lagi.
‘Eh iya
maaf, dah’, kata Angga lagi.
‘Ih kamu,
maaf-maaf melulu kayak besok lebaran aja’
‘Gue mau
ngomong kalo,,,’, kata Angga ragu.
‘Kalo apa
??’, Dera bingung.
‘Kaloguesukaamaelodanguemauelojadipacargue’,
kata Angga cepat tanpa ada jeda tanpa ada titik koma tanpa ada spasi.
‘ahhhh’,
Angga bergimik seperti seseorang yang lagi kepahitan.
‘Hahahahhaahhaha,
kamu serius ?? jadi ceritanya nembak ni ??’, kata Dera.
‘Yee lo
ketawa, ini gue udah susah ngumpulin keberanian buat nembak elo tahu’, kata
Angga lagi.
‘Terus ada
apa nih tumben-tumbenan malam gini kepikiran nembak aku ?? kesambet setan mana
sih ?? emang tadi mainnya dikuburan mana ??’, kata Dera antara ngeledek, gak
percaya, dan salah tingkah jadi satu.
‘Yeee, gue
gak butuh diledek gini gue butuhnya jawaban dari elo. Maafin kalo selama ini
suka kasar sama elo, itu semua karena gue udah lama suka sama elo dan gue gak
tau gimana cara ungkapinnya gue terlalu malu dan ja’im buat ungkapin itu semua,
tapi semakin gue mencoba untuk memendamnya semakin gue ngerasa gak kuat. Belum
lagi mereka yang selalu deketin lo bikin gue cemburu buta walaupun gue sadar
kalau gue gak berha buat cemburu. Tapi semua itu adalah karena gue gak mau kehilangan
lo. Dan sekarang gue ngerasa gue udah gak tahan buat memendam semua itu’, kata
Angga.
‘Ohh gitu, I
see I see’, kata Dera terlihat mau ngerjain Angga dalam arti baik.
‘Terus ??’,
tanya Angga.
‘Terus
apanya ??’, kata Dera.
‘Terus
jawabn lo apa sih nyet ??’, kata Angga kontan karena emang kebiasaan dia
seperti itu sejak dulu ke Dera.
‘Idihh mau
minta jawaban kok kayak gitu, gak ada-ada romantis-romantisnya. Romantisan
dikit kek’, kata Dera sambil senyam-senyum malu.
‘Haa ??
okedeh habis-habis deh harga diri gue didepan lo nyet, kalo enggak benaran
sayang gue sama lo udah gue angkat ketengah jalan deh. Untung udah malam gini’,
kata Angga sambil berlutut dihadapan Dera dan mengambil bunga yang menjadi
hiasan meja teras Dera.
‘Dera
Larasati, maukah kamu menjadi pacarku ?? aku cinta kau sungguh’, kata Angga
berlutut sambil mengajukan bunga hiasan yang masih ada potnya kehadapan Dera
seperti orang-orang dalam film alay romantis di tivi-tivi.
Melihat itu
Dera hanya senyam senyum sendiri, entah karena geli melihat semua kelucuan ini,
sebab Angga terlihat kaku melakukan semua adegan itu, atau dia senyam-senyum
karena merasa tersanjung dengan perlakuan Angga. Siapa yang tau.
Perlahan
Dera menunduk dan mengarahkan mulutnya kearah telinga kanan Angga seperti orang
ingin berbisik.
‘Iya aku mau
Anggadirja Kusuma, tapi besok belikan aku bunga sebagai ganti bunga ini. Nembak
cewek kok gak pakai persiapan’, bisik Dera sambil tangannya mengambil bunga
hiasan itu.
Mendengar
jawaban itu Angga ingin berteriak tapi langsung dibekap mulutnya oleh Dera
karena akan membangunkan orang-orang yang sudah tidur, Angga seperti orang
salah tingkah karena rasa senangnya itu.
‘Sekarang
aku gantian nanya’, kata Dera.
‘Apa sayang
??’, kata Angga yang menyebut kata –sayang- itu agak terdengar aneh dan
berlogat kaku.
‘Kenapa kamu
mendadak seperti ini ??’, tanya Dera.
‘Karena aku
merasa kalau tidak malam ini maka aku tidak punya kesempatan lagi dilain
waktu’, kata Angga sambil tersenyum.
Tapi dalam
hatinya berbisik.
‘Ini semua
karena curhat kamu kayak orang begok diacaraku tadi, awalnya aku memang suka
sama kamu dan sering cemburu kekamu. Tapi aku gak berani ungkapin semuanya,
karena takut kamu bakalan nolak aku soalnya kita ini sudah teman dan dekat
sejak kecil. Tapi karena dengar cerita kamu ke aku tadi diradio, membuat keberanian
aku timbul. Kalau kamu gak curhat ke aku malam ini difrekuensi 173.45 FM,
mungkin entah sampai kapan aku bakalan memendam rasa ini kekamu tanpa berani
mengungkapkannya’, bisik Angga dalam hati.
Ternyata
yang menjadi Putra Kumbang itu adalah Angga itu sendiri. Tanpa disadari Dera,
sebenarnya dia sendiri yang sudah jujur dengan Angga dan memberikan keberanian Angga untuk
mengungkapkan perasaannya. Memang benar perempuan memberi dan kemudian
menunggu, sedangkan laki-laki menerima dan datang dan meminta.
‘Benarkah
??’, tanya Dera sedikit merasa curiga ini ada hubungannya dengan curhat dia di
174.35 FM, dia berpikir kalau Angga mendengar curhatnya itu. Tapi apapun itu
cinta mereka bersemu di udara lewat frekuensi 173.45 FM.
‘Iya,
ditambah sedikit feeling laki-laki’, kata Angga sambil tersenyum.
‘Maaf
mungkin aku akan jujur tentang semua ini, tapi tidak sekarang mungkin lain
kali. Karena aku tidak mau merusak kebahagian malam ini, ini malam minggu
terbaik yang pernah aku rasakan’, Kata Angga dalam hati.

0 komentar:
Posting Komentar