Oh
Tuhan...
Terputus
sudah harapanku, benar-benar tertutup pintu kesempatan untukku. Dia sudah
hampir terlepas dalam harapku, dalam khayalku, dan dalam cita-citaku. Sudah,
satu tangannya digenggam oleh orang lain, sudah setengah hatinya dimiliki oleh
orang lain.
Dia
perlahan melangkah pergi, dia perlahan telah melangkah jauh, jauh dan jauh.
Hingga pada akhirnya nanti tidak bisa lagi aku melihatnya, tidak bisa lagi aku
mendengar suara nafasnya.
Tunggu
dulu, mendengar suara nafasnya ??
Bukankah
selama ini aku tidak pernah mendengar suara nafasnya, bukankah selama ini aku
tidak pernah mendengar bagaimana timbre suaranya yang mitosnya berbeda dari
orang kebanyakan, yang mitosnya sangat merdu dan pandai melantunkan semua lagu.
Lagu
??
Oh,
ya aku pernah mendengarnya bernyanyi. Pernah satu kali, dua kali, atau beberapa
kali aku mendengarnya, bahkan kupikir berulang kali aku mendengarnya. Tapi
tetap saja hanya suaranya yang aku dengar, bukan nafasnya, bukan detak
jantungnya dan bukan bunyi denyut nadinya.
Sunggu
jauh sekali jarak kami Tuhan, jauh sekali. Sejauh antara Bengkulu dan
Minangkabau pada zaman dahulu, jauh sekali. Bahkan saking jauhnya,
sampai-sampai aku tak begitu mengenalnya dan dia bahkan tidak mengenalku sama
sekali.
Inilah
peraduan nasib yang buat untukku Tuhan.
Kau
ajarkan aku untuk hidup dalam kerasnya kenyataan, sehingga tak Kau izinkan aku
tuk bermimpi walau sesaat. Setiap aku punya mimpi dan bermimpi indah selalu Kau
renggut mimpiku. Setiap aku tersenyum mengkhayalkan khayalan yang indah, Kau
bubarkan seluruh khayalanku sehingga khayalanku itu hancur berserakan, dan pada
akhirnya menguap menjadi debu cosmos yang hilang diluar angkasa.
Sungguh
baik sekali Kau Tuhan kepadaku.
Kau
mengajarkan kalau aku tak perlu bermimpi, tapi cukup menjalani kenyataan tanpa
mimpi. Saat aku mulai bermimpi untuk mencari jalan bagaimana memulai perjalanan
menuju tempatnya dengan sesedikit berharap waktu tak datang terlambat, Kau
telah biarkan orang hatinya jatuh pada orang lain, Kau telah biarkan orang lain
mendapat tempat dihatinya dengan nyaman sekali, sedangkan aku masih berjalan
sesekali berharap.
Sekarang
dia sudah pergi Tuhan.
Sudah
tidak ada waktuku lagi untuk bisa berada didekatnya. Kau memang maha pengasih,
tapi hanya pada mereka yang beruntung. Aku berharap meminta sedikit waktu,
sedikit waktu, tapi jangankan untuk memberikannya tapi malah Kau ambil dan beri
lagi berikut dengan bunga kepedihan harapan ini.
Tidak
ada gunanya aku berharap lagi, dan tidak ada gunanya bila Kau mengkasihaniku.
Karena itu tidak akan bisa merubah semua yang akan terjadi dalam hitungan hari
ini.
Tidak
ada yang bisa merubah nasib orang, bahkan Kau sekalipun Tuhan.
Walaupun
Kau adalah pemilik alam semesta ini, dan pembuat nasib setiap umat manusia.
Sebab sang pencipta microsoft windows pun tak akan bisa mengembalikan data yang
telah hilang secara permanen karena sistem error. Begitu juga dengan nasibku.
Aku
bertaruh dengan seluruh sisa umur yang aku punya kalau tidak ada yang namanya
keajaiban, kalaupun ada keajaiban Mu sekarang maka aku beri seluruh umurku
untuk Kau ambil dan Kau pergunakan sesuka hatiMU.
Bukan
karena aku tak percaya pada Mu, tapi karena aku tak percaya dengan keajaiban Mu.
Ini hanya tulisan tak berjudul, tak ber-arti, dan tak bermaksud.
Hanya sekedar tulisan dimalam hari.





0 komentar:
Posting Komentar