Senin, 10 Agustus 2015

Tulisan Tak Berjudul


Oh Tuhan...
Terputus sudah harapanku, benar-benar tertutup pintu kesempatan untukku. Dia sudah hampir terlepas dalam harapku, dalam khayalku, dan dalam cita-citaku. Sudah, satu tangannya digenggam oleh orang lain, sudah setengah hatinya dimiliki oleh orang lain.

Dia perlahan melangkah pergi, dia perlahan telah melangkah jauh, jauh dan jauh. Hingga pada akhirnya nanti tidak bisa lagi aku melihatnya, tidak bisa lagi aku mendengar suara nafasnya.
Tunggu dulu, mendengar suara nafasnya ??
Bukankah selama ini aku tidak pernah mendengar suara nafasnya, bukankah selama ini aku tidak pernah mendengar bagaimana timbre suaranya yang mitosnya berbeda dari orang kebanyakan, yang mitosnya sangat merdu dan pandai melantunkan semua lagu.
Lagu ??
Oh, ya aku pernah mendengarnya bernyanyi. Pernah satu kali, dua kali, atau beberapa kali aku mendengarnya, bahkan kupikir berulang kali aku mendengarnya. Tapi tetap saja hanya suaranya yang aku dengar, bukan nafasnya, bukan detak jantungnya dan bukan bunyi denyut nadinya.
Sunggu jauh sekali jarak kami Tuhan, jauh sekali. Sejauh antara Bengkulu dan Minangkabau pada zaman dahulu, jauh sekali. Bahkan saking jauhnya, sampai-sampai aku tak begitu mengenalnya dan dia bahkan tidak mengenalku sama sekali.
Inilah peraduan nasib yang buat untukku Tuhan.

Kau ajarkan aku untuk hidup dalam kerasnya kenyataan, sehingga tak Kau izinkan aku tuk bermimpi walau sesaat. Setiap aku punya mimpi dan bermimpi indah selalu Kau renggut mimpiku. Setiap aku tersenyum mengkhayalkan khayalan yang indah, Kau bubarkan seluruh khayalanku sehingga khayalanku itu hancur berserakan, dan pada akhirnya menguap menjadi debu cosmos yang hilang diluar angkasa.
Sungguh baik sekali Kau Tuhan kepadaku.
Kau mengajarkan kalau aku tak perlu bermimpi, tapi cukup menjalani kenyataan tanpa mimpi. Saat aku mulai bermimpi untuk mencari jalan bagaimana memulai perjalanan menuju tempatnya dengan sesedikit berharap waktu tak datang terlambat, Kau telah biarkan orang hatinya jatuh pada orang lain, Kau telah biarkan orang lain mendapat tempat dihatinya dengan nyaman sekali, sedangkan aku masih berjalan sesekali berharap.
Sekarang dia sudah pergi Tuhan.
Sudah tidak ada waktuku lagi untuk bisa berada didekatnya. Kau memang maha pengasih, tapi hanya pada mereka yang beruntung. Aku berharap meminta sedikit waktu, sedikit waktu, tapi jangankan untuk memberikannya tapi malah Kau ambil dan beri lagi berikut dengan bunga kepedihan harapan ini.
Tidak ada gunanya aku berharap lagi, dan tidak ada gunanya bila Kau mengkasihaniku. Karena itu tidak akan bisa merubah semua yang akan terjadi dalam hitungan hari ini.
Tidak ada yang bisa merubah nasib orang, bahkan Kau sekalipun Tuhan.
Walaupun Kau adalah pemilik alam semesta ini, dan pembuat nasib setiap umat manusia. Sebab sang pencipta microsoft windows pun tak akan bisa mengembalikan data yang telah hilang secara permanen karena sistem error. Begitu juga dengan nasibku.
Aku bertaruh dengan seluruh sisa umur yang aku punya kalau tidak ada yang namanya keajaiban, kalaupun ada keajaiban Mu sekarang maka aku beri seluruh umurku untuk Kau ambil dan Kau pergunakan sesuka hatiMU.

Bukan karena aku tak percaya pada Mu, tapi karena aku tak percaya dengan keajaiban Mu.

Ini hanya tulisan tak berjudul, tak ber-arti, dan tak bermaksud.
Hanya sekedar tulisan dimalam hari.

0 komentar:

Posting Komentar