Senin, 03 Agustus 2015

? (Sebuah Tanya)

Demi waktu yang berjalan perlahan, membawa angan serta kenangan serta menyembunyikan jawaban.
Awalnya kumerasa kau lah yang pergi itu, tetapi ternyata tidak. Kita hanya berdiam diri ditempat kita masing-masing tapi ternyata waktulah yang membawa kita berjauhan sehingga tak lagi saling terlihat satu sama lain. Kita salah, kita sama-sama diam saat waktu mulai bergerak. Baiknya kita saling mendekat ketika waktu membawa kita agar terlihat berjauhan, bukannya saling menuruti keinginan sang waktu dalam diam.
Sungguh menyakitkan bukan ??
Berpisah tanpa bisa saling mengucapkan salam perpisahan satu sama lain seperti orang-orang pada umumnya. Berpisah tanpa bisa saling berpelukan satu sama lain untuk saling menguatkan hati seperti orang lain pada umumnya. Berpisah tanpa pernah bisa saling menyeka air mata yang menetes karena perpisahan ini seperti mereka pada umumnya. Dan berpisah tanpa pernah bisa mengetahui isi hati masing-masing.
Memang benar, apalah artinya sebuah salam perpisahan.
Apalah artinya sebuah salam perpisahan yang hanya menyisakan pilu dan sakit yang menyayat hati. Akan lebih baik tidak ada pertemuan terakhir dalam perpisahan jika itu yang kita dapat, akan lebih baik kalau kita berpisah dalam diam seperti ini.
Itu katamu.
Tapi tidak dengan menurutku.
Ada yang lebih kejam dari sakitnya pilu karena pertemuan terakhir sebelum perpisahan.
Kau tahu itu apa ??
Itu adalah sebuah tanda tanya yang tersisa dalam hati pada saat perpisahan.
Sebuah tanda tanya yang akan membuatmu merasakan penyesalan seumur hidupmu, yang akan mengejar pikiranmu sampai akhir hayatmu, dan yang akan membuat mu mati penasaran sampai pada liang lahatmu.
Kita semua pasti ingin tahu apa jawabannya.
Karena semua kata dengan tanda tanya diujungnya pasti memiliki kata dengan tanda seru diujungnya sebagai dari jawabannya.
Tidak ada yang tidak ada jawabannya didunia ini, semuanya pasti ada. Asalkan kita ingin mencari dan berusaha keras untuk mencari. Bukan malah lari dari persoalan.
Biar waktu yang akan menjawabnya.
Itu katamu.
Tapi tidak kataku.
Bukankah pernah kuteriakkan padamu ??
Beri aku jawabannya meski itu tidak selalu seperti harapanku.
Tapi kau malah tersenyum, yang menurutku itu bukan sebuah jawaban. Entah karena aku bukan ahli dalam menerjemahkan senyum atau aku yang terlalu bodoh karena hanya butuh jawaban dalam kata.
Waktu tidak akan pernah bisa menjawab sebuah pertanyaan yang mudah sekalipun jikalau kita hanya diam. Kau berikan soal mate-matika sederhana seperti 1+1 pun jika kau hanya diam waktu tidak akan pernah bisa menjawabnya. Seperti hanya perkataan yang sering kau katakan kepadaku jika aku bertanya tentang maksudmu.
Tanyakan pada rumput yang bergoyang.
Tidak masuk akal menurutku, semua sia-sia. Sungguh suatu perbuatan yang sia-sia, karena rumput tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaanku itu. Dia hanya bisa bergoyang, itupun jika dia tertiup angin.
Tapi sudah lah.
Senja kala sudah muncul, perpisahan sudah menjelang. Kita akan pulang kerumah masing-masing. Mungkin nanti jika ada hari esok, berikan aku jawabannya.


-Dari hati yang menunggu jawaban-

0 komentar:

Posting Komentar