Kamis, 27 Agustus 2015

(Apakah) Kau sedang mengolokku (?)


Sampai kapan Kau memperolok diriku Tuhan, dengan nasib yang selalu dirundung malang. Tangis malam seakan selalu menjadi kegiatan rutinku, meratapi kemalang yang terus berganti-ganti ini.
Tak pernah Kau hadirkan harta untukku, bahkan sejak aku lahirpun tak pernah kurasakan kenikmatan yang sering mereka rasakan, mereka yang dari nenek moyangnya tidak pernah menyentuh bumi dan hanya memegang langit. Bahkan dari ayah ibuku pun tak pernah kau beri kenikmatan itu, kenikmatan dunia yang sedang kami diami ini.
Kemelaratan ini bukan salahku ataupun kedua orang tuaku, tapi kesalahan nasib-Mu yang tak pernah datang kepada kami. Tak pernah Kau beri kesempatan mereka untuk merubah nasib mereka, agar hidupku tidak seberat warisan kemelaratan yang mereka berikan.

Mungkin Kau akan mengelak dengan berkata, ‘Jika kau merasa nasibmu itu sangat malang, cobalah lihat sekitar. Masih banyak yang lebih malang dari kau’.
Memang benar itu adanya, memang masih ada yang lebih malang dariku.
Tapi mereka malang karena kelalaian mereka atau orang tua mereka, yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang mungkin pernah Kau berikan dulu. Tapi bagaimana dengan kedua orang tuaku ??

Sudah payah mereka meminta kesempatan itu, tapi selalu tidak pernah kau berikan. Sudah payah mereka berusaha mencari kesempatan itu, tapi tidak pernah kau pertemukan. Sudah payah aku berusaha dan berdo’a pada-Mu, tapi tidak juga kau turunkan. Sudah sekeras apapun aku untuk berusaha tidak menyerah, sampai pada masanya aku mulai lelah.
Mungkin usahaku tak sebesar usaha mereka yang berhasil kata Mu.
Mungkin do’aku tak sebanyak mereka juga kata Mu.
Dan mungkin juga do’aku tak seikhlas mereka kata Mu.
Tapi ingatlah, usaha mereka itu kau pertemukan dengan mudah oleh jalan Mu, dan sedangkan aku ?? Hanya jalan tertutup yang kau tunjukkan, yang membuatku hilang arah tak tahu harus kemana. Kau beri aku lingkungan yang tak sebaik yang Kau berikan pada mereka, dan Kau tunjukkan waktu yang pas untuk mereka mencari. Sedang aku ?? hanya warisan kemalangan dari kedua orang tua yang dicampakkan oleh keluarganya yang Kau beri padaku.

Aku berani bertaruh atas nama apapun Tuhan, jika kau buat ayah dan ibuku seperti ayah ibu mereka, tanpa berdo’a pada Mu pun aku bisa mendapatkan kebahagian. Terdengar sombong memang, tapi begitulah adanya.
Mungkin alasan Kau tidak kebahagiaan dunia seperti itu kepada kedua orang tuaku agar Kau tidak ingin akan ada nanti yang merasa iri kepada kami dengan berkata bahwa Kau itu tidak adil. Karena dengan Kau berbuat seperti ini yang hanya berkata seperti itu hanya aku seorang, tidak dengan mereka. Apakah ini keadilan itu ??
Aku hanya kasihan dengan kedua orang tuaku Tuhan, sudah dirundung malang mereka sedari mereka didalam kandungan. Alangkah pahitnya jika masa tuanyapun harus mereka jalani dengan kemalangan karena harapan mereka telah putus harapan, sebab telah patah hatinya karena tidak jua menemukan kebahagiaan yang Kau berikan seperti yang telah Kau berikan pada mereka yang tertawa saat ini.
Kau bilang do’aku tidak sebanyak dengan do’a mereka ??
Bahkan akupun melihat banyak diantara mereka yang tidak pernah berdo’a kepada Mu kau beri nikmat yang banyak. Mereka yang tidak tahu kearah mana menghadap saat berdo’a dan menyembah Mu pun juga banyak yang berbahagi. Jadi kupikir ini bukan soal banyak sedikitnya do’aku Tuhanku.
Apa Kau akan bilang kalau Do’aku tidak ikhlas karena aku hanya berdo’a meminta kebahagiaan itu bukan semata untuk dekat dengan Mu ??
Jika itu Kau jadikan alasan untuk tidak mempertemukanku dengan bahagia dunia, maka coba Kau hapus Firdaus dan Jahanam dalam janji Mu. Dan lihat apakah mereka masih akan tetap menyebut nama Mu, apakah mereka akan tetap menyembah Mu, atau mereka tetap akan selalu takut kepada Mu.
Aku bukanlah orang yang datang kepada Mu saat sedang terluka, dan bila luka itu sembuh maka aku akan pergi seperti seorang pasien yang datang kepada dokter atau seperti murid yang lupa akan budi baik gurunya. Aku tidak seperti itu.
Aku adalah orang yang akan datang kepada Mu saat aku merasa berbahagia dan akan pergi meninggalkan Mu jika aku merasa sengsara. Aku ini adalah manusia, sama seperti seekor peliharaan, aku ini peliharaan Mu yang Kau masukkan kedalam kandang yang disebut dunia. Yang akan selalu datang dan setia kepada Mu jika Kau sayangi dan cintai tetapi akan pergi meninggalkan Mu jika terus Kau sakiti dan Kau buat menetes air matanya.
Tetapi tak perlu Kau khawati Tuhanku meskipun aku terus Kau sakiti dan selalu kau buat meneteskan air mata, aku tidak akan pernah berniat mencari majikan lain selain hanya pada Mu. Hanya saja aku akan lebih memilih pergi dengan pikiranku masih mengingat Mu, mengingat kebaikan yang pernah Kau berikan kepadaku.
Kau bilang kalau semua kebahagiaan itu belum sampai karena usahaku yang kurang.
Aku hanya ingin bilang, berilah aku kesempatan seperti mereka yang kau beri kesempatan yang hanya bermodalkan takdir dari warisan orang tua mereka dahulu.
Aku ini ibaratkan padagang yang tidak mempunyai modal dan tidak mendapat kesempatan untuk bekerja kepada orang lain. Berbeda dengan mereka yang seperti pedagang besar yang mendapat modal dari orang tuanya sendiri. Aku pun bisa saja berbuat kecurangan agar bisa membuka usaha tanpa modal dan hanya dengan menipu dan menjadi benalu bagi orang lain.
Tapi jika rezeki seperti itu yang digariskan oleh Mu agar aku dan kedua orang tuaku bahagia. Sekali lagi kukatakan pada Mu ‘Apakah Kau sedang mengolokku ??’
Sampai kapan Kau memperolok diriku Tuhan ??
Pernah kau pertemukan aku dengan orang yang bisa menyejukkan jiwaku selain kedua orang tuaku, tapi kau ambil mereka dengan sekejap saja. Kau renggut mereka tanpa sempat aku mengkhayalkan rasa bahagiaku dengannya bahkan kau ambil mereka tanpa sempat aku dapat mengenal mereka lebih jauh sejauh aku mengenal kedua orang tuaku.
Dan yang kau sisakan hanya sakit hati yang teramat dalam.
Lalu kau sindir aku dengan tanda-tanda kemuliaan Mu, sebagai tujuan untuk memberi tahu aku bahwa dia tidak akan pernah menjadi milikku. Dan mengatakan padaku kalau hidup ini haruslah realistis, dan jangan sekali bermimpi yang tinggi jika kakimu masih menginjak bumi.
Tapi hanya mimpi yang aku punya, karena kenyataan tak pernah Kau berikan padaku.
Mungkin Kau akan marah padaku karena aku beranggapan Kau seperti itu padaku dan akan berkata ‘Hidupmu itu tidak hanya didunia ini saja tapi ada kehidupan yang lain’.
Itu memang benar junjunganku, tapi bukankah sekarang aku sedang menjalani kehidupan didunia. Setidaknya Kau berikan aku kebahagiaan didunia ini agar nanti aku bisa berkonsentrasi untuk hidup diakhirat Kau kelak. Sekarang aku sedang hidup diduniamu, dan aku butuh sesuatu yang membuatku berbahagia didunia. Jikalau Kau memberi sesuatu yang kubutuhkan diakhirat saat ini sedangkan aku masih kau beri hidup dan nafas didunia, itu tidak lebih seperti kau berikan aku sebatang coklat saat aku dipadang pasir yang gersang dengan keadaan haus yang dahsyat mendera. Manis memang yang aku rasakan, tapi tidak bisa membuat aku bahagia karena yang aku butuhkan adalah air.
Bukankah perkara dunia adalah tentang menafkahi dan dinafkahi.
Maafkan aku Tuhanku yang telah berkata kasar pada Mu, memang tidak selayaknya aku berbuat seperti ini.
Tapi ingatlah Tuhanku, bukanlah kematianku yang aku takutkan saat ini dan membuatku seperti ini.
Tapi lebih kepada sebuah rasa cemas kalau aku merasa tidak punya cukup waktu  atau terlambat untuk memutuskan kemalangan yang ada pada mereka berdua yang mereka dapat sedari mereka kecil jika tidak sekarang ini.
Semua rasa takut itu hanya semata jikalau aku sayang mereka berdua.


0 komentar:

Posting Komentar