Kamis, 04 Agustus 2016

Sebuah Analogi Tentang Game Console Dan Kehidupan: Sebuah Perandaian

          Tadi siang aku bermain sebuah game konsol lama keluaran dari  nitendo. Sudah lama sekali sejak aku terakhir memainkan game konsol ini, terakhir kali saat itu aku masih kelas 4 SD dan sekarang aku sudah lulus kuliah.

Permainan yang kupilih untuk membuatku kembali bernostalgia kemasa lalu saat itu adalah Super Mario Bross, yang ternyata salah satu dari sekian banyak game konsol terlaris keluaran Nitendo (aku tahu dari sebuah artikel disalah satu blog yang sengaja kusearching).
Karena sudah lama sekali aku tidak memainkan game ini, berulang kali aku mengulangnya dan aku hafal setiap sudut jalan rahasia yang tersimpan dipermainan itu. Mungkin karena dulu saat aku masih kecil aku sudah berulang kali pula memainkannya.
Sepulang dari memainkan permainan itu, sepanjang jalan pulang pikiranku melayang-layang. Bukan mengingat tentang nostalgia saat aku pernah memainkan game itu, tapi memikirkan bagaimana jika hidup ini seperti sebuah permainan game pada game konsol.
Hidup ini adalah permainan, hidup ini adalah permainan layaknya game yang kita mainkan di playstation. Tapi memiliki level yang lebih berat jika dibandingkan dengan level expert, pro, advance, atau level-level tersulit dari sekian banyak level sulit yang ada dipermainan game.
Kenapa begitu ??
Jika pada game, saat kita bosan dan lelah dengan permainan yang kita mainkan itu, maka kita bisa berhenti dan me-save permainan kita. Kemudian setelah itu kita bisa istirahat sebentar atau dalam waktu yang kita inginkan, kita bisa berhenti dari permainan yang kita mainkan.
Tapi dalam kehidupan, kita tidak bisa seperti itu.
Walaupun kita merasa sangat jenuh dengan kehidupan kita, dan itu sudah dalam batas waktu yang tidak bisa kita ukur lagi. Kita tidak bisa berhenti sejenak dan beristirahat dari kehidupan kita, karena kehidupan kita layaknya billing pada personal komputer diwarnet yang kita sewa. Walaupun kita bosan billing waktunya tetap berjalan.
Begitu pulalah yang terjadi dalam hidup, pernah terkadang kita jenuh terhadap kehidupan kita yang terkadang stagnan seperti itu-itu saja. Bagi yang bekerja, hidup mereka hanya mengalir bangun pagi, berangkat kerja, sampai ditempat kerja, bertemu dengan rekan kerja, sore hari, pulang, sampai dirumah bertemu dengan keluarga, istirahat, bersantai, dan kemudian tidur malam. Selalu terjadi seperti itu berulang-ulang. Meskipun kita mendapat cuti beberapa hari, kegiatan seperti itu kemudian berulang-ulang lagi.
Coba andaikan hidup kita ini seperti video game.
Kehidupan kita ini bisa di pause kan dalam beberapa waktu atau coba saja kehidupan kita bisa di-save dan kita beralih pada permainan lainnya sehingga kita tidak merasa bosan menjalani hidup ini.
Mungkin banyak dari kita yang terasa bosan dengan kesehariannya dan mendambakan kehidupan orang lain yang dilihatnya, kemudian pernah ada terbelisik dihati untuk ingin mencoba merasakan bagaimana rasanya menjalani kehidupan orang lain yang kita lihat itu.
Coba saja kalau hidup kita ini seperti video game, yang setiap saat jika kita bosan menjalaninya bisa kita ganti kepermainan yang lain. Setidaknya begitulah pikiranku disaat perjalanan pulang tadi.
Dengan begitu tidak akan ada lagi orang yang mengeluh dengan berkata, ‘Jika aku jadi dia maka aku.....’ atau ‘Dia itu enak, sedangkan aku....
Seakan-akan jika mereka menjalani kehidupan yang bukan kehidupan seperti yang dia jalani sekarang ini maka dia akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, dan hidup tanpa ada penyesalan.
Tapi seperti kata pepatah orang dahulu, yang berkata syukuri apa yang kita rasakan dan kita punya saat ini, karena mungkin saja apa yang kita miliki saat ini adalah yang didambakan oleh orang lain.
Menurutku meskipun banyak orang yang berharap bisa merasakan kehidupan orang lain, itu disebabkan karena mereka melihat kehidupan orang yang terlihat begitu menyenangkan menurut mereka itu, hanya dari luarnya saja. Tidak mengetahui bagaimana kehidupan mereka yang dia lihat dari dalamnya atau meresapi bagaimana kehidupan orang lain itu dengan sebenar-benarnya.
Tidak banyak orang yang tahu kehidupan kita sebenarnya selain diri kita sendiri. Itu menurutku.
Bisa jadi, orang yang selama ini selalu tertawa dan menghibur orang lain adalah orang yang seharusnya sangat butuh dihibur dan merindukan tawa yang sesungguhnya. Bisa jadi, orang yang selama ini memberikan kita nasehat-nasehat bijak dan masuka-masukan yang berharga serta yang selalu mendengarkan curhat kita adalah dia yang sebenarnya sangat butuh didengarkan curhatnya, dia yang butuh nasehat-nasehat, serta masukan-masukan yang berharga.
Jadi, alangkah lucunya jika kita mengarapkan kehidupan orang lain yang sebenarnya kita sendiri tidak tahu apakah kehidupan mereka itu sebenarnya seperti yang kita lihat atau tidak.
Terkadang banyak sekali kita melihat postingan-postingan bahagia, sedih, lucu, yanga da disosial media seperti twitter, path, instagram, atau yang lainnya.
Tapi apakah yang kita lihat itu adalah yang sebenarnya terjadi dikehidupan mereka ??
Lucu sekali jika kita mengharapkan kehidupan mereka, apa lagi jika sampai kita merasa iri dengan kehidupan mereka yang terlihat bahagia hanya berdasarkan pada apa yang kita lihat saja, bukan berdasarkan pada apa yang kita tahu sebenarnya.
Sebab kita tidak tahu sepenuhnya bagaimana kehidupan seseorang.
Karena disetiap kehidupan seseorang pasti ada sebuah rahasia yang mereka simpan didasar diri mereka. Sebab rahasia itu adalah sebenarnya yang membuat manusia menjadi seorang manusia menurutku.
Pikiranku tentang kenapa kehidupan kita tidak seperti video game yang bisa diganti atau diresume ketika kita sedang merasa bosan dengan kehidupan ini stuck pada sebuah kesimpulan, yaitu inilah sebab kenapa Tuhan tidak membuat kehidupan kita dijadikan layaknya video game yang bisa diganti-ganti atau diresume ketika kita sedang bosan, padahal Dia mungkin saja bisa melakukan itu karena Dia Maha Bisa.
Mungkin sebab Dia tahu, kalau tidak setiap kehidupan cocok dengan kita. Layaknya seorang gamer, tidak semua permainan cocok dan dikuasai oleh gamer. Dari sekian banyak permainan, mungkin hanya satu atau dua permaian yang cocok dan dikuasai oleh sang gamer.
Dan bukti bahwa seorang gamer cocok dengan permainan yang dia mainkan adalah dia bisa bertahan sampai pada level tertinggi dan dalam waktu lama dia bertahan dengan permainan yang dia mainkan.
Seperti kehidupan, bisa jadi kita tidak cocok dengan kehidupan yang kita lihat serasa begitu membahagiakan dan selalu membuat kita berandai-andai untuk bisa menjalani kehidupan tersebut karena kita hanya menilai berdasarkan apa yang kita lihat saja. Bisa jadi pula kehidupan yang kita jalani sekarang inilah adalah kehidupan yang cocok untuk kita.
Sebab sebuah kehidupan yang cocok untuk kita, adalah kehidupan yang bisa membuat kita bertahan lama menjalaninya dan kita berhasil menjalaninya.
Menurutku, jika saja kehidupan ini bisa seperti sebuah game konsol dari video game. Aku lebih memilih kalau kehidupan ini bisa di-pause sejenak ketika kita merasa bosan dan barulah kemudian ketika kita ingin menjalaninya dan rasa bosan kita hilang terhadap permainan yang sedang kita lakukan ini, kita lanjutkan kembali permainan kita. Tidak perlu dan tidak ingin menggantinya dengan permainan lain yang terlihat begitu menarik hati untuk dijalani.
Sebab mungkin saja orang lain begitu mendambakan apa yang sedang aku miliki saat ini.
****
Hal lain yang menarik pikiranku dari perandaian sebuah kehidupan kita ini bisa layaknya seperti sebua game konsol adalah fasilitas Reply-nya.
Semua dari kita yang sering bermain video game pasti tahu kalau saat kita bermain game, kita bisa mengulang kembali game yang kita mainkan, jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginan kita.
Kita bisa memulai dari awal, atau bisa mengulang kembali pada beberapa stage  yang kita inginkan untuk diulang dan sudah kita save atau kita pernag menjalaninya dan sukses melewati rintangan yang ada pada stage tersebut.
Terus terang ini adalah sebuah fasilitas yang sangat aku inginkan bisa ada dalam kehidupan kita. Karena dengan ini kita bisa mengulang kembali kemasa dimana kita inginkan untuk mengulangnya. Mungkin dengan adanya fasilitas ini, tidak ada yang namanya sebuah ‘penyesalan’ dalam kamus hidup kita.
Sebab jika kita melakukan sebuah kesalahan maka kita akan bisa kembali kemasa dimana kita melakukan kesalahan tersebut dan memperbaikinya.
Cukup menyenangkan mendengar dunia ini tanpa ada penyesalan, tapi juga cukup menyeramkan.
Karena manusia tidak akan pernah berhati-hati dalam melangkah atau mengambil keputusan. Sebab langkah dan keputusan adalah dua dari sekian banyak hal yang disuatu hari nanti menimbulkan penyesalan dalam kehidupan kita.
Selayaknya sebuah pepatah, tidak ada manusia yang sempurna.
Sekarang aku baru tahu sedikit dari sebab adanya kalimat tersebut. Sempurna dalam kalimat ini bukan sempurna dalam hal fisik tapi sempurna dalam hal perasaan.
Bisa jadi pepatah tersebut dianalogikan sebagai, tidak ada manusia yang hidup tanpa adanya sedikit rasa penyesalan dalam hidupnya.
Karena setiap manusia yang hidup dan berjalan dimuka bumi ini, pasti memiliki rasa penyesalan dalam hatinya. Entah itu besar atau kecil, setidaknya setiap manusia pasti memilikinya.
Penyesalanlah yang (mungkin) membuat manusia tidak bisa menjadi manusia yang sempurna, dan jika tidak ada manusia yang sempurna maka bisa diartikan tidak ada dari kita yang tidak merasakan menyesal didalam hati kita.
Bagi sebagian besar orang penyesalan yang mereka rasakan, akan terasa lebih baik jika diperbaiki dan hal yang membuat mereka menyesal itu bisa mereka ubah kembali. Tapi mereka tidak sadar kalau semakin kita berusaha memperbaiki kesalahan yang kita buat maka akan semakin membuat kita terlihat lemah. Sebab kesalahan akan menjadi sebuah pujian jika kita bisa melakukan keberhasilan dilain pihak.
Seperti layaknya status ‘dengan pujian’ pada prosesi wisuda kita.
Perandaikan bahwa kehidupan kita itu adalah kehidupan perkuliahan, dan kesalahan yang kita lakukan adalah sebuah nilai ‘C’ dalam transkrip nilai kita.
Jika kita berniat untuk mengubah nilai ‘C’ tersebut, mungkin saja kita bisa melakukannya. Tapi kita tidak akan pernah mendapatkan status ‘dengan pujian’. Tapi jika kita merelakan nilai ‘C’ itu dan berusaha untuk memperbaikinya dengan berusaha pada sisi lain dari kehidupan kita yang bisa kita analogikan sebagai mata kuliah lainnya. Mungkin saja nilai ‘C’ itu tidak bisa terhapus dalam transkrip nilai kita, tapi setidaknya bisa orang lain lupakan dengan status ‘cumlaude’  yang kita dapatkan.
Tuhan membuat kehidupan ini tidak seperti sebuah game konsol, adalah karena Dia ingin kita menjalani kehidupan ini dengan hati-hati, serius, dan santai.
Tuhan menyuruh kita berhati-hati dalam hidup, agar kita tidak salah langkah, tidak salah dalam memutuskan sebuah keputusan, dan agar tidak salah dalam mengucap. Sebab ketiganya adalah hal yang tidak bisa kita tarik kembali ketika kita sudah menjalaninya. Sebab ketiganya jugalah pemicu dari munculnya sebuah penyesalan dalam hidup.
Walaupun kita hidup tidak lepas oleh penyesalan, tapi setidaknya kita penyesalan yang kita miliki itu bukanlah sebuah penyesalan yang besar, yang membuat kita terus-menerus dihantui olehnya kemanapun kita melangkah dan dimanapun kita berada.
Tuhan menyuruh kita serius dalam menyikapi hidup. Menurutku adalah agar langkah apa yang kita ambil, keputusan apa yang akan kita ambil tidak akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari nanti.
Buatlah sebuah keputusan yang disuatu hari nanti orang-orang yang mencaci-maki keputusan tersebut dan mengatakan ‘kita bodoh’ karena telah memngambil keputusan dan langkah itu, tapi dilain pihak kita dan hanya kita yang tersenyum dan berkata ‘aku tidak akan pernah menyesali apa yang telah aku lakukan’.
We have live, a life is no regrets. –Portgas. D. Ace.
Aku sangat menyukai sebuah konsep tentang mati tanpa penyesalan seperti tokoh Ace dalam serial One Piece, bukan karena itu terlihat keren atau terdengar keren. Tapi setidaknya itu bisa menganggap kita ini adalah manusia yang sempurna dengan masih sempat menyadari kalau diri ini tidaklah sempurna seperti yang kita kira.

Santai dalam menjalani hidup, adalah karena hidup ini hanya sekali. Yang terlintas dihadapan kita belum tentu akan kembali lagi, kesempatan yang kita punya tidak akan datang sesering siang dan malam bergangian datang dalam hidup. Oleh karena itu Tuhan menyuruh kita santai dalam menyikapi kehidupan.
Dia juga menganjurkan untuk santai menyikapi hidup, agar kita bisa melupakan kesalahan yang perna kita lakukan dan juga agar kita terhindar dari penyesalan. Karena sebagian besar orang yang merasa menyesal tak terhingga adalah mereka yang sebenarnya tidak bisa melupakan kesalahan yang dia lakukan, padahal kesalahan itu bukan untuk disesali tapi untuk diusahakan agar tidak terulang kembali.
Sebab ini adalah permainan tersulit yang harus kita mainkan selama kita didunia ini.
Dengan segala peraturan yang diatur oleh semesta, kehidupan yang kita  miliki lebih menarik dan menantang dibandingkan kehidupan yang orang lain miliki dan kita lihat.

Ini kehidupan namanya, sebuah game konsol ciptaan Tuhan. Yang tanpa fitur reset, reply, save, pause, change game, ataupun cheats. Kemampuan kita dalam menyikapi hiduplah yang bisa membuat kita sampai pada garis akhir permainan ini.

0 komentar:

Posting Komentar