Tadi
siang aku bermain sebuah game konsol lama keluaran dari nitendo. Sudah lama sekali sejak aku terakhir
memainkan game konsol ini, terakhir kali saat itu aku masih kelas 4 SD dan
sekarang aku sudah lulus kuliah.
Permainan
yang kupilih untuk membuatku kembali bernostalgia kemasa lalu saat itu adalah Super Mario Bross, yang ternyata salah
satu dari sekian banyak game konsol terlaris keluaran Nitendo (aku tahu dari
sebuah artikel disalah satu blog yang sengaja kusearching).
Karena
sudah lama sekali aku tidak memainkan game ini, berulang kali aku mengulangnya
dan aku hafal setiap sudut jalan rahasia yang tersimpan dipermainan itu.
Mungkin karena dulu saat aku masih kecil aku sudah berulang kali pula memainkannya.
Sepulang
dari memainkan permainan itu, sepanjang jalan pulang pikiranku melayang-layang.
Bukan mengingat tentang nostalgia saat aku pernah memainkan game itu, tapi
memikirkan bagaimana jika hidup ini seperti sebuah permainan game pada game konsol.
Hidup
ini adalah permainan, hidup ini adalah permainan layaknya game yang kita
mainkan di playstation. Tapi memiliki level yang lebih berat jika dibandingkan
dengan level expert, pro, advance, atau
level-level tersulit dari sekian banyak level sulit yang ada dipermainan
game.
Kenapa begitu ??
Jika
pada game, saat kita bosan dan lelah dengan permainan yang kita mainkan itu,
maka kita bisa berhenti dan me-save permainan
kita. Kemudian setelah itu kita bisa istirahat sebentar atau dalam waktu yang
kita inginkan, kita bisa berhenti dari permainan yang kita mainkan.
Tapi
dalam kehidupan, kita tidak bisa seperti itu.
Walaupun
kita merasa sangat jenuh dengan kehidupan kita, dan itu sudah dalam batas waktu
yang tidak bisa kita ukur lagi. Kita tidak bisa berhenti sejenak dan
beristirahat dari kehidupan kita, karena kehidupan kita layaknya billing pada personal komputer diwarnet
yang kita sewa. Walaupun kita bosan billing waktunya tetap berjalan.
Begitu
pulalah yang terjadi dalam hidup, pernah terkadang kita jenuh terhadap
kehidupan kita yang terkadang stagnan seperti itu-itu saja. Bagi yang bekerja,
hidup mereka hanya mengalir bangun pagi, berangkat kerja, sampai ditempat
kerja, bertemu dengan rekan kerja, sore hari, pulang, sampai dirumah bertemu
dengan keluarga, istirahat, bersantai, dan kemudian tidur malam. Selalu terjadi
seperti itu berulang-ulang. Meskipun kita mendapat cuti beberapa hari, kegiatan
seperti itu kemudian berulang-ulang lagi.
Coba
andaikan hidup kita ini seperti video game.
Kehidupan
kita ini bisa di pause kan dalam
beberapa waktu atau coba saja kehidupan kita bisa di-save dan kita beralih pada permainan lainnya sehingga kita tidak
merasa bosan menjalani hidup ini.
Mungkin
banyak dari kita yang terasa bosan dengan kesehariannya dan mendambakan kehidupan
orang lain yang dilihatnya, kemudian pernah ada terbelisik dihati untuk ingin
mencoba merasakan bagaimana rasanya menjalani kehidupan orang lain yang kita
lihat itu.
Coba
saja kalau hidup kita ini seperti video game, yang setiap saat jika kita bosan
menjalaninya bisa kita ganti kepermainan yang lain. Setidaknya begitulah
pikiranku disaat perjalanan pulang tadi.
Dengan
begitu tidak akan ada lagi orang yang mengeluh dengan berkata, ‘Jika aku jadi dia maka aku.....’ atau ‘Dia itu enak, sedangkan aku....’
Seakan-akan
jika mereka menjalani kehidupan yang bukan kehidupan seperti yang dia jalani
sekarang ini maka dia akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, dan hidup
tanpa ada penyesalan.
Tapi
seperti kata pepatah orang dahulu, yang berkata syukuri apa yang kita rasakan
dan kita punya saat ini, karena mungkin saja apa yang kita miliki saat ini
adalah yang didambakan oleh orang lain.
Menurutku
meskipun banyak orang yang berharap bisa merasakan kehidupan orang lain, itu
disebabkan karena mereka melihat kehidupan orang yang terlihat begitu
menyenangkan menurut mereka itu, hanya dari luarnya saja. Tidak mengetahui
bagaimana kehidupan mereka yang dia lihat dari dalamnya atau meresapi bagaimana
kehidupan orang lain itu dengan sebenar-benarnya.
Tidak
banyak orang yang tahu kehidupan kita sebenarnya selain diri kita sendiri. Itu
menurutku.
Bisa
jadi, orang yang selama ini selalu tertawa dan menghibur orang lain adalah
orang yang seharusnya sangat butuh dihibur dan merindukan tawa yang
sesungguhnya. Bisa jadi, orang yang selama ini memberikan kita nasehat-nasehat
bijak dan masuka-masukan yang berharga serta yang selalu mendengarkan curhat
kita adalah dia yang sebenarnya sangat butuh didengarkan curhatnya, dia yang
butuh nasehat-nasehat, serta masukan-masukan yang berharga.
Jadi,
alangkah lucunya jika kita mengarapkan kehidupan orang lain yang sebenarnya
kita sendiri tidak tahu apakah kehidupan mereka itu sebenarnya seperti yang
kita lihat atau tidak.
Terkadang
banyak sekali kita melihat postingan-postingan bahagia, sedih, lucu, yanga da
disosial media seperti twitter, path, instagram, atau yang lainnya.
Tapi
apakah yang kita lihat itu adalah yang sebenarnya terjadi dikehidupan mereka ??
Lucu
sekali jika kita mengharapkan kehidupan mereka, apa lagi jika sampai kita merasa
iri dengan kehidupan mereka yang terlihat bahagia hanya berdasarkan pada apa
yang kita lihat saja, bukan berdasarkan pada apa yang kita tahu sebenarnya.
Sebab
kita tidak tahu sepenuhnya bagaimana kehidupan seseorang.
Karena
disetiap kehidupan seseorang pasti ada sebuah rahasia yang mereka simpan
didasar diri mereka. Sebab rahasia itu adalah sebenarnya yang membuat manusia
menjadi seorang manusia menurutku.
Pikiranku
tentang kenapa kehidupan kita tidak seperti video game yang bisa diganti atau
diresume ketika kita sedang merasa bosan dengan kehidupan ini stuck pada sebuah
kesimpulan, yaitu inilah sebab kenapa Tuhan tidak membuat kehidupan kita
dijadikan layaknya video game yang bisa diganti-ganti atau diresume ketika kita
sedang bosan, padahal Dia mungkin saja bisa melakukan itu karena Dia Maha Bisa.
Mungkin
sebab Dia tahu, kalau tidak setiap kehidupan cocok dengan kita. Layaknya
seorang gamer, tidak semua permainan cocok dan dikuasai oleh gamer. Dari sekian
banyak permainan, mungkin hanya satu atau dua permaian yang cocok dan dikuasai
oleh sang gamer.
Dan
bukti bahwa seorang gamer cocok dengan permainan yang dia mainkan adalah dia
bisa bertahan sampai pada level tertinggi dan dalam waktu lama dia bertahan
dengan permainan yang dia mainkan.
Seperti
kehidupan, bisa jadi kita tidak cocok dengan kehidupan yang kita lihat serasa
begitu membahagiakan dan selalu membuat kita berandai-andai untuk bisa
menjalani kehidupan tersebut karena kita hanya menilai berdasarkan apa yang
kita lihat saja. Bisa jadi pula kehidupan yang kita jalani sekarang inilah
adalah kehidupan yang cocok untuk kita.
Sebab
sebuah kehidupan yang cocok untuk kita, adalah kehidupan yang bisa membuat kita
bertahan lama menjalaninya dan kita berhasil menjalaninya.
Menurutku,
jika saja kehidupan ini bisa seperti sebuah game konsol dari video game. Aku
lebih memilih kalau kehidupan ini bisa di-pause
sejenak ketika kita merasa bosan dan barulah kemudian ketika kita ingin
menjalaninya dan rasa bosan kita hilang terhadap permainan yang sedang kita lakukan ini, kita lanjutkan kembali permainan kita. Tidak perlu dan tidak
ingin menggantinya dengan permainan lain yang terlihat begitu menarik hati
untuk dijalani.
Sebab
mungkin saja orang lain begitu mendambakan apa yang sedang aku miliki saat ini.
****
Hal
lain yang menarik pikiranku dari perandaian sebuah kehidupan kita ini bisa
layaknya seperti sebua game konsol adalah fasilitas Reply-nya.
Semua
dari kita yang sering bermain video game pasti tahu kalau saat kita bermain
game, kita bisa mengulang kembali game yang kita mainkan, jika hasilnya tidak
sesuai dengan keinginan kita.
Kita
bisa memulai dari awal, atau bisa mengulang kembali pada beberapa stage yang kita inginkan untuk diulang dan sudah
kita save atau kita pernag
menjalaninya dan sukses melewati rintangan yang ada pada stage tersebut.
Terus
terang ini adalah sebuah fasilitas yang sangat aku inginkan bisa ada dalam
kehidupan kita. Karena dengan ini kita bisa mengulang kembali kemasa dimana
kita inginkan untuk mengulangnya. Mungkin dengan adanya fasilitas ini, tidak
ada yang namanya sebuah ‘penyesalan’ dalam kamus hidup kita.
Sebab
jika kita melakukan sebuah kesalahan maka kita akan bisa kembali kemasa dimana
kita melakukan kesalahan tersebut dan memperbaikinya.
Cukup
menyenangkan mendengar dunia ini tanpa ada penyesalan, tapi juga cukup
menyeramkan.
Karena
manusia tidak akan pernah berhati-hati dalam melangkah atau mengambil
keputusan. Sebab langkah dan keputusan adalah dua dari sekian banyak hal yang
disuatu hari nanti menimbulkan penyesalan dalam kehidupan kita.
Selayaknya
sebuah pepatah, tidak ada manusia yang
sempurna.
Sekarang
aku baru tahu sedikit dari sebab adanya kalimat tersebut. Sempurna dalam
kalimat ini bukan sempurna dalam hal fisik tapi sempurna dalam hal perasaan.
Bisa
jadi pepatah tersebut dianalogikan sebagai, tidak
ada manusia yang hidup tanpa adanya sedikit rasa penyesalan dalam hidupnya.
Karena
setiap manusia yang hidup dan berjalan dimuka bumi ini, pasti memiliki rasa
penyesalan dalam hatinya. Entah itu besar atau kecil, setidaknya setiap manusia
pasti memilikinya.
Penyesalanlah
yang (mungkin) membuat manusia tidak bisa menjadi manusia yang sempurna, dan
jika tidak ada manusia yang sempurna maka bisa diartikan tidak ada dari kita
yang tidak merasakan menyesal didalam hati kita.
Bagi
sebagian besar orang penyesalan yang mereka rasakan, akan terasa lebih baik
jika diperbaiki dan hal yang membuat mereka menyesal itu bisa mereka ubah
kembali. Tapi mereka tidak sadar kalau semakin kita berusaha memperbaiki
kesalahan yang kita buat maka akan semakin membuat kita terlihat lemah. Sebab
kesalahan akan menjadi sebuah pujian jika kita bisa melakukan keberhasilan
dilain pihak.
Seperti
layaknya status ‘dengan pujian’ pada
prosesi wisuda kita.
Perandaikan
bahwa kehidupan kita itu adalah kehidupan perkuliahan, dan kesalahan yang kita
lakukan adalah sebuah nilai ‘C’ dalam transkrip nilai kita.
Jika
kita berniat untuk mengubah nilai ‘C’ tersebut, mungkin saja kita bisa
melakukannya. Tapi kita tidak akan pernah mendapatkan status ‘dengan pujian’. Tapi jika kita merelakan
nilai ‘C’ itu dan berusaha untuk memperbaikinya dengan berusaha pada sisi lain
dari kehidupan kita yang bisa kita analogikan sebagai mata kuliah lainnya.
Mungkin saja nilai ‘C’ itu tidak bisa terhapus dalam transkrip nilai kita, tapi
setidaknya bisa orang lain lupakan dengan status ‘cumlaude’ yang kita
dapatkan.
Tuhan
membuat kehidupan ini tidak seperti sebuah game konsol, adalah karena Dia ingin
kita menjalani kehidupan ini dengan hati-hati, serius, dan santai.
Tuhan
menyuruh kita berhati-hati dalam hidup, agar kita tidak salah langkah, tidak
salah dalam memutuskan sebuah keputusan, dan agar tidak salah dalam mengucap.
Sebab ketiganya adalah hal yang tidak bisa kita tarik kembali ketika kita sudah
menjalaninya. Sebab ketiganya jugalah pemicu dari munculnya sebuah penyesalan
dalam hidup.
Walaupun
kita hidup tidak lepas oleh penyesalan, tapi setidaknya kita penyesalan yang
kita miliki itu bukanlah sebuah penyesalan yang besar, yang membuat kita
terus-menerus dihantui olehnya kemanapun kita melangkah dan dimanapun kita
berada.
Tuhan
menyuruh kita serius dalam menyikapi hidup. Menurutku adalah agar langkah apa
yang kita ambil, keputusan apa yang akan kita ambil tidak akan menimbulkan
penyesalan dikemudian hari nanti.
Buatlah
sebuah keputusan yang disuatu hari nanti orang-orang yang mencaci-maki
keputusan tersebut dan mengatakan ‘kita
bodoh’ karena telah memngambil keputusan dan langkah itu, tapi dilain pihak
kita dan hanya kita yang tersenyum dan berkata ‘aku tidak akan pernah menyesali apa yang telah aku lakukan’.
We have live, a life is
no regrets. –Portgas. D. Ace.
Aku
sangat menyukai sebuah konsep tentang mati tanpa penyesalan seperti tokoh Ace dalam serial One Piece, bukan karena itu terlihat keren atau terdengar keren.
Tapi setidaknya itu bisa menganggap kita ini adalah manusia yang sempurna
dengan masih sempat menyadari kalau diri ini tidaklah sempurna seperti yang
kita kira.
Santai dalam menjalani hidup, adalah karena hidup ini hanya
sekali. Yang terlintas dihadapan kita belum tentu akan kembali lagi, kesempatan
yang kita punya tidak akan datang sesering siang dan malam bergangian datang
dalam hidup. Oleh karena itu Tuhan menyuruh kita santai dalam menyikapi
kehidupan.
Dia
juga menganjurkan untuk santai menyikapi hidup, agar kita bisa melupakan
kesalahan yang perna kita lakukan dan juga agar kita terhindar dari penyesalan.
Karena sebagian besar orang yang merasa menyesal tak terhingga adalah mereka
yang sebenarnya tidak bisa melupakan kesalahan yang dia lakukan, padahal kesalahan
itu bukan untuk disesali tapi untuk diusahakan agar tidak terulang kembali.
Sebab
ini adalah permainan tersulit yang harus kita mainkan selama kita didunia ini.
Dengan
segala peraturan yang diatur oleh semesta, kehidupan yang kita miliki lebih menarik dan menantang
dibandingkan kehidupan yang orang lain miliki dan kita lihat.
Ini
kehidupan namanya, sebuah game konsol ciptaan Tuhan. Yang tanpa fitur reset, reply, save, pause, change game,
ataupun cheats. Kemampuan kita dalam menyikapi hiduplah yang bisa membuat
kita sampai pada garis akhir permainan ini.



0 komentar:
Posting Komentar