Hal
yang paling gue benci dari lebaran dan sekaligus gue suka adalah acara
kumpul-kumpul keluarga.
Pertama
gue bakalan bahas tentang kenapa gue sukanya.
Yang
gue suka dari kumpul-kumpul keluarga adalah gue bisa ketemu sama semua anggota
keluarga gue, bahkan yang jarang ketemu dan jarang nongolpun semuanya lengkap.
Biasanya
dulu sebelum nenek meninggal kita kumpulnya dirumah nenek didesa, jadi kenapa
gue suka lebaran sama libur puasa, karena gue bisa liburan dan pulang kampung.
Tapi itu dulu, itu cerita lama karena sekarang beliau sudah meninggal #Hiks.
(Lah kok ceritanya jadi mewek gini ??)
Setelah
nenek meninggal, tempat yang menjadi pusat silahturahmi dan open house
berganti, berpindah kerumah Uwak (Kakak ibu yang nomer dua). Alasannya simpel,
karena uwak adalah yang paling dituakan disini. Jadi hampir mirip seperti
perpindahan pusat kerajaan Majapahit yang pindah ke Demak setelah Majapahit
runtuh sepeninggal raja Hayam wuruk.
Hal
kedua yang membuat gue suka sama kumpul-kumpul keluarga waktu lebaran adalah
angpaonya. Meskipun sekarang gue udah umur kepala dua, tapi gue tetap dapat
angpao. Karena filosofi dalam keluarga besar gue, setiap orang dikeluarga ini
berhak mendapatkan angpao, kecuali: 1). Dia udah menikah, 2). Dia udah kerja
mantap.
Dan
karena gue tidak termasuk disalah satu atau kedua pengecualian tersebut maka
gue masih berhak mendapatkan angpao meskipun udah kepala dua umur gue.
Itu
semua adalah alasan kenapa gue sampai suka dengan acara kumpul-kumpul keluarga
saat lebaran. Tapi diluar itu ada yang gue gak suka bahkan sangat gue benci
dengan acara kumpul-kumpul keluar itu.
Karena
semua yang berkumpul disana sebagian besar adalah orang-orang yang jarang
ketemu bahkan terkadang gak pernah ketemu sama sekali kalau gak ada lebaran dan
acara kumpul-kumpul ini, maka otomatis kita semua gak pernah tau kabar satu
sama lain, kalaupun tau itu hanya sebatas gosip-gosip dan rumor saja sebab kami
punya kesibukan masing-masing atau lebih tepatnya sibuk-sibuk sendiri.
Bahkan
sekarang gue baru sadar, gue pikir ini acara kumpul-kumpul keluarga udah kayak
acara termehek-mehek mencari keluarga yang hilang. Dimana kita dikumpulkan oleh
sebuah momen kemudian saling maafan dan menangis. Tinggal dikasih backsound
lagu ‘You Raise Me Up’ dari –Westlife- aja nih, jadi deh berasa kayak acara
termehek-mehek.
Bahkan
pembuka obrolannya pun terkesan canggung, menurut gue. Kayak mahasiswa baru
yang ngajak kenalan teman barunya, dengan nanyain ‘Apa kabar ??’. Udah berasa
kayak kita ketemu mantan ajan men, canggung banget. Bahkan pernah gue waktu itu
saking canggungnya mau buka omongan sama keluarga, sampai buang air kecil
berapa kali, kayak mau interview kerja aja. Came on men !! This is just a
quality time with families, kamu bukan mau bilang ‘Will you marry me’ sama
pacar, kata gue dalam hati.
Tapi
gue yakin kalian semua berasa kayak gitu.
Pernah
juga gue waktu itu lebaran beberapa tahun yang lalu ketemu sama beberapa
keponakan gue dan sepupu gue yang tinggal diluar kota dan baru sekali ini
pulang kampung. Gue berasa canggung banget sama dia dan bingun mau ngomongin
apa, mana dia asyik sama HP dan Gadgetnya.
Gue
jadi salah tingkah banget waktu itu, gue mencoba untuk mencari cara. Apa gue
harus nawarin dia permen kacang kuaci kayak penjual CANGCIMEN yang sering
teriak diterminal atau tawarin dia buat beli air mineral aja yak ?? pikir gue,
tapi niat itu gue urungin karena gak terasa keren sama sekali.
Gue
mencoba menyiapkan kata-kata agar bisa cepat akrab dengan dia, seperti.
‘Hey
aku siapa ??’, lah ini kenapa gue yang nanya gue kedia ??
‘Hey,
kamu Arfan ya ?? Aku Deas oom kamu, salam kenal’, kata gue dalam hati sambil
mencoba-coba kalimat yang pas buat memulai percakapan.
Fak
!! dalam hati gue, kok gue jijik banget dengarnya. Kayak om-om yang ngajakin
anak muda kenalan gitu ‘Iuhhhh !!!’. Ganti-ganti, ganti yang lain. Ganti dengan
kalimat yang lebih berbobot, yang lebih cerdas Deas, batin gue berkecamuk.
‘Hey
broo, lo tau siapa yang menyelundupkan rudal ke Korea ??’ atau ‘Kamu tau berapa
nilai P dan Q dari persamaan g(x) = px + q dan (g o g)(x) = 16x – 15 ??’
Ahhh
itu apaan lagi ??
Pokoknya
intinya kita gak tau apa yang mau kita omongin sama dia padahal dia itu
keluarga kita, dan lebih mengenaskannya lagi dimedia sosial kita dan saudara
kita itu ngobrolnya asyik banget kayak udah kenal lama banget. Bahkan ngobrolin
A sampai Z pun nyambung, tapi begitu ketemuan saling diem. Itu udah kayak
burung, yang kalau waktu latihan dia berkicau kicauannya nembak banget tapi
begitu dibawa kekompetisi malah ‘balon’ gondokkan.
Rasannya
itu kayak kalian ketemuan sama cewek di facebook atau twitter terus kalian
saling dekat ngobrolin ini itu dan begitu kalian ketemuan kalian gak tau apa
yang mau diomongin dan malah asyik sama gadget masing-masing.
Buat
kalian yang pernah ngerasaain yang kayak gitu, kita layak toss sambil ngopi
membahas hutang negara yang gak tau kapan habisnya.
Dan
yang bikin gue kesel plus gondok kalau lagi kumpul-kumpul keluarga itu, ada
keluarga dan gue yakin pasti ada salah satu anggota keluarga yang nanya kegue
dengan memulai pertanyaan tersebut menggunakan kata ‘Kapan’. Seperti,
‘Kapan
lulus ??’
‘Kapan
kerja ??’
Dan
‘Kapan nikah ??’
Itu
bikin gue enek banget, dan baru-baru ini gue ngerasa betapa jahatnya pertanyaan
itu.
Kalau
dulu waktu gue masih kecil, pertanyaan yang gue masih manusiawi. Masih sebatas.
‘Naik
kelas enggak ??’
‘Dapet
rangking berapa ??’
‘Masuk
sekolah mana ??’
‘Lulus
enggak ??’
‘Berapa
NEM ??’
‘Berapa
IP ??’
Tapi
seiring bergulirnya waktu pertanyaan mereka semakin menjadi liar dan mengancam
hidup.
Bahkan
ada temen gue yang desperate banget karena ditanya ‘Kapan punya pacar ??’ sama
keluarganya, hasilnya sekarang dia lebih sering ngobrol sama kucing ketimbang
sama orang.
Jadi
menurut gue, buat mereka yang suka nanya-nanya dengan kata ‘Kapan’ saat lagi
kumpul-kumpul lebaran. Tolonglah jangan rubah suasana yang damai dan indah ini
dengan suasana mencekam karena pertanyaan itu.
Karena
kata ‘Kapan’ dalam sebuah kata tanya yang ditanyakan disaat kumpul keluarga itu
cukup mampu memicu pecahnya perang dingin yang bisa melebihi perang dunia
kedua. Bahkan gue rasa jangan-jangan dulu pemicu perang paregreg (perang
saudara di kerajaan Majapahit) adalah karena salah satu dari mereka ada yang
bertanya ‘Kapan kawin ??’ kepada salah satu anggota keluarganya yang masih
jomblo saatu itu, sehingga pecah perang saudara yang mampu meruntuhkan kerajaan
sebesar majapahit.
Ini
kalau emang benar, kerajaan sebesar majapahit aja bisa runtuh men, apalagi
keluarga kita yang sama followernya Raditya dika aja kalah jauh. Mungkin bisa
berserakan dan jadi butiran debu deh keuarga, hanya dengan kata ‘Kapan kawin
??’ atau kapan kapan yang lainnya.
Dari
pengalaman lebaran tahun ini, gue punya ide buat mengatasi masalah yang akan
muncul jika keluarnya pertanyaan dengan kata kapan. Gue berniat bakalan bikin
tarif yang sesuai buat mereka yang bertanya ke gue dengan kata ‘Kapan’, saat
acara kumpul keluarga.
Jadi
gue bakalan kasih tarif sebagai berikut.
1.
Pertanyaan:
Kapan Kerja ??
Tarifnya
250 ribu,
Kalau
mau dapat jawabannya jadi 1 juta.
2.
Pertanyaan:
Kapan Bawa Calon ??
Tarifnya
500 ribu,
Kalau
mau dijawab jadi 1.5 juta
3.
Pertanyaan:
Kapan Nikah ??
Tarif
1 juta
Kalau
mau dijawab adi 2 juta
Jadi
dengan begitu maka selain gue dapat untung dan gue rasa itu cukup membayar rasa
sakit hati gue karena ditanya-tanya hal yang belum kepikiran sama gue atau
bahkan gue aja belum tau bisa jawabnya, gue bisa membuat mereka jera juga buat
nanya dan berhati-hati buat jaga omongan. Karena omongan mereka itu membuat gue
sakit banget.
Memang sih kelihatanya terkesan matre, tapi menurut gue cukup sebanding dengan sakit hati yang You tahulah yah sakitnya gimana kalau dijab sama pertanyaan yang kayak gitu-gitu,
Oke,
itulah beberapa cerita yang gue rasain saat lebaran 1436 H ini. mudah-mudahan
tahun depan gue bisa ketemu lagi dengan angka 1437 H dan sudah bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan itu.
Selamat
Idul Fitri 1436 H. Mohon maaf lahir dan bathin.
Dari
Deas belum berkeluarga.

0 komentar:
Posting Komentar