Sudah
hampir habis kopi didalam gelasku, tapi apa tak ada satu katapun tertulis
dikertas putihku. Aku bingung, sungguh-sungguh kebingungan, karena ide yang
tadi menari-nari diotakku dan terus membayangi pikiranku dimana langkahku melangkah
dan nafasku mendesah sekarang hilang musnah entah kemana perginya tanpa tahu
arahnya sekarang.
Sudah
lama aku merenung sendiri disini, melamun dalam sepi, sampai kopi yang kuseduh
dalam keadaan hangat dan hampir memenuhi gelas putihku sekarang telah menjadi
dingin dan hampir tinggal ampasnya saja. Begitulah waktu adanya, cepat sekali
berlalu jika kita sejenak melupakannya tapi jika ketika kita memikirkannya dia
terasa sangat lama sekali berjalan seakan-akan enggan meninggalkan kita disini.
Aku
merenung, dan masa lalu terlintas indah dengan bayang-bayangnya didalam
lamnanku. Seakan baru tadi saja itu terjadi.
Aku
merenung, aku mengenang, mengenang mu, mengenang kisahku, mengenang hal-hal
bodoh yang pernah terjadi dikehidupanku, dan mengenang sesuatu yang akhirnya
menimbulkan sebuah air mata dari tangis penyesalan. Sebuah cerita kecil dari
sekian besar kisah masa lalu yang pernah terjadi.
Sungguh
panjang sekali masa yang pernah kulalui, secangkir kopi pun tak mampu menemaniku
menikmati dan mengingat masa-masa itu. Buktinya, kopiku hampir dingin tapi yang
kuingat masih saja mengalir bagaikan air sungai yang mengalir kemuara dan terus
kelaut hingga pada akhirnya berhenti ditengah samudera alirannya.
Secangkir
kopi mengingatkanku untuk berhenti memikirkan masa lalu dan mencoba menatap
serta menjalani masa depan, agar masa depan yang aku belum tahu akan seperti
apa menjadi masa lalu masa lalu yang indah dikenang dengan ditemani secangkir
kopi hangat yang perlahan menjadi dingin karena indahnya buaian masa depan yang
nanti akan menjadi masa lalu yang indah.
Secangkir
kopi mengingatkanku tujuan awal dari kenapa aku menyeduhnya diawal malam tadi.
Maka
kucoba untuk menggoreskan ujung penaku dikertas putihku yang sedari tadi belum
pernah kusentuh sekalipun karena aku terlalu asyik dibuai oleh lamunan masa
lalu yang berbaur dengan nikmatnya secangkir kopi digelas putih dan berpadu
dengan dinginnya angin dan kesunyian malam ini.
Kucoba
kutuliskan perlahan perihal apa saja yang tadi menggangu kantukku, perihal apa
saja yang tadi menari-nari didepan mataku sehingga tadi susah untukku
memejamkan mata ini. Perlahan demi perlahan kucoba untuk menuliskan perihal apa
yang menjadi tujuanku untuk memaksakan bangun ditengah malam ini meskipun badan
ini terasa letih walau mata masih terbuka karena gangguan bayang-bayang itu.
Pun perlahan-lahan kucoba untuk menuliskan apa yang menjadi alasanku ketika
menyeduh segelas kopi digelas putih ini tadi.
Karena
aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata, tapi aku tidak pandai menyimpan
apa yang kupikirkan agar tetap berada dipikiran ini. Duduk manis dan berdiam
diri disalah satu sudut otak ini.
Aku
tidak bisa, aku bukanlah orang yang seperti itu.
Maka
dari itu kucoba kutulis apa yang ada dan terlintas diotak ini, maka dari itu
kucoba kutulis apa yang sedang menari-nari dan mengganggu pikiran ini. Hanya
untuk membuat perasaan hati dan pikiran ini lega adanya, tidak ada lagi yang
lain dari tujuannya. Ini adalah salah satunya, tentang apa yang mengganguku
malam ini.
Sebuah
cerita yang tertulis sepanjang hirupan dalam segelas putih kopi hitam dimalam
hari.

0 komentar:
Posting Komentar