Kamis, 03 Desember 2015

Cerita Segelas Kopi


Sudah hampir habis kopi didalam gelasku, tapi apa tak ada satu katapun tertulis dikertas putihku. Aku bingung, sungguh-sungguh kebingungan, karena ide yang tadi menari-nari diotakku dan terus membayangi pikiranku dimana langkahku melangkah dan nafasku mendesah sekarang hilang musnah entah kemana perginya tanpa tahu arahnya sekarang.
Sudah lama aku merenung sendiri disini, melamun dalam sepi, sampai kopi yang kuseduh dalam keadaan hangat dan hampir memenuhi gelas putihku sekarang telah menjadi dingin dan hampir tinggal ampasnya saja. Begitulah waktu adanya, cepat sekali berlalu jika kita sejenak melupakannya tapi jika ketika kita memikirkannya dia terasa sangat lama sekali berjalan seakan-akan enggan meninggalkan kita disini.
Aku merenung, dan masa lalu terlintas indah dengan bayang-bayangnya didalam lamnanku. Seakan baru tadi saja itu terjadi.
Aku merenung, aku mengenang, mengenang mu, mengenang kisahku, mengenang hal-hal bodoh yang pernah terjadi dikehidupanku, dan mengenang sesuatu yang akhirnya menimbulkan sebuah air mata dari tangis penyesalan. Sebuah cerita kecil dari sekian besar kisah masa lalu yang pernah terjadi.
Sungguh panjang sekali masa yang pernah kulalui, secangkir kopi pun tak mampu menemaniku menikmati dan mengingat masa-masa itu. Buktinya, kopiku hampir dingin tapi yang kuingat masih saja mengalir bagaikan air sungai yang mengalir kemuara dan terus kelaut hingga pada akhirnya berhenti ditengah samudera alirannya.
Secangkir kopi mengingatkanku untuk berhenti memikirkan masa lalu dan mencoba menatap serta menjalani masa depan, agar masa depan yang aku belum tahu akan seperti apa menjadi masa lalu masa lalu yang indah dikenang dengan ditemani secangkir kopi hangat yang perlahan menjadi dingin karena indahnya buaian masa depan yang nanti akan menjadi masa lalu yang indah.
Secangkir kopi mengingatkanku tujuan awal dari kenapa aku menyeduhnya diawal malam tadi.
Maka kucoba untuk menggoreskan ujung penaku dikertas putihku yang sedari tadi belum pernah kusentuh sekalipun karena aku terlalu asyik dibuai oleh lamunan masa lalu yang berbaur dengan nikmatnya secangkir kopi digelas putih dan berpadu dengan dinginnya angin dan kesunyian malam ini.
Kucoba kutuliskan perlahan perihal apa saja yang tadi menggangu kantukku, perihal apa saja yang tadi menari-nari didepan mataku sehingga tadi susah untukku memejamkan mata ini. Perlahan demi perlahan kucoba untuk menuliskan perihal apa yang menjadi tujuanku untuk memaksakan bangun ditengah malam ini meskipun badan ini terasa letih walau mata masih terbuka karena gangguan bayang-bayang itu. Pun perlahan-lahan kucoba untuk menuliskan apa yang menjadi alasanku ketika menyeduh segelas kopi digelas putih ini tadi.
Karena aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata, tapi aku tidak pandai menyimpan apa yang kupikirkan agar tetap berada dipikiran ini. Duduk manis dan berdiam diri disalah satu sudut otak ini.
Aku tidak bisa, aku bukanlah orang yang seperti itu.
Maka dari itu kucoba kutulis apa yang ada dan terlintas diotak ini, maka dari itu kucoba kutulis apa yang sedang menari-nari dan mengganggu pikiran ini. Hanya untuk membuat perasaan hati dan pikiran ini lega adanya, tidak ada lagi yang lain dari tujuannya. Ini adalah salah satunya, tentang apa yang mengganguku malam ini.

Sebuah cerita yang tertulis sepanjang hirupan dalam segelas putih kopi hitam dimalam hari.

0 komentar:

Posting Komentar