Kita
seperti bertandang kerumah seseorrang dengan harapan untuk meminta pertolongan,
tapi kita tidak bertemu dengan orang itu.
Apakah
orang itu ada dirumah ?? Apakah sang tuan rumah menerima kita sebagai tamu ??
Ataukah sebagai tamu kita sudah menjadi tamu yang baik bagi tuan rumah ?? Atau
tuan rumah tidak menginginkan kedatangan kita karena telah mengganggu
kenyamanan-Nya.
Mungkin
seperti itulah analogi yang ada dalam pikiranku ketika kita semua
berbondong-bondong melangkahkan kaki pergi ketempat peribadatan kita
masing-masing, atau yang sering kita anggap sebagai ‘RUMAH TUHAN’.
Ya,
rumah peribadatan adalah rumah Tuhan, kita adalah tamu, dan Tuhan adalah sang
Tuan rumah itu.
Kita
datang untuk meramaikan rumah itu tanpa kita sebenarnya tahu apakah sang tuan
rumah ada dirumahnya atau sedang pergi berkunjung ketempat lain.
Sedang
kita yang datang bertandang itu pastilah memiliki maksud dan tujuan tertentu
layak nya kita bertandang kerumah orang lain, mungkin ada yang hanya sekedar
menjalin silahturahmi (Habluminallah), mungkin juga ada yang datang memang
karena diundang atau dipanggil oleh panggilan yang bernama adzan, atau mungkin
kita datang untuk berterima kasih atas segala pertolongan Tuhan selama ini
dalam hidup kita, dan mungkin juga kita datang karena kita berharap sesuatu
atau meminta sesuatu pertolongan pada Tuhan sang ‘Tuan rumah’.
Tapi
dari semua tujuan itu, kebanyakan dari kita yang datang bertujuan untuk meminta
pertolongan dari Tuhan. Meminta dan meminta.
Coba
kalian ingat dalam ingatan kalian, selama kalian berdo’a apa saja yang pernah
kalian dan kita ucapkan ?? Apakah kalimat ‘terima-kasih’ atau kalimat ‘kumohon’
atau ‘berikanlah’ ??
Secara
tidak sadar kita datang kepada-Nya hanya untuk meminta dan meminta, kita hanya
datang pada-Nya ketika hanya saat kita membutuhkan pertolongan dari-Nya.
Benar-benar
lucu kita ini dan Tuhan pun juga demikian, lucu seperti kita.
Ada
yang pernah berkata, ‘Membangun sesuatu hanya untuk dihancurkan itu hanya
dilakukan pada anak kecil kepada mainnannya’.
Sebuah
kalimat yang bijak tapi lucu menurutku.
Kenapa
demikian ??
Coba
kau pikirkan lagi tingkah laku Tuhan pada alam ini.
Tertulis
dengan jelas dalam ayatnya yang maha agung bahwa Tuhan menciptakan langit dan
bumi dalam waktu ribuan tahun lamanya, mungkin itu waktu yang cepat bagi Tuhan
tapi tidak bagi kita manusia. Tapi kemudian pada ayat Nya yang selanjutnya
Tuhan menegaskan akan tiba hari kehancuran yang dinamakan kiamat. Hari dimana
alam semesta ini hancur lebur tak tersisa lagi.
Tuhan
menciptakan dan kemudian menghancurkan.
Apakah
dalah hal ini seperti kata orang tadi, bahwa Tuhan termasuk kategori ‘anak
kecil’ dalam tanda kutip ??
Tuhan
maha besar, tidak mungkinlah Dia kekanak-kanakan.
Tapi
meskipun begitu terkadang kelakuan Tuhan memang sangat lucu menurutku, sering
aku menerawang mengingat kembali apa yang Tuhan tulis dalam kitab Nya dan
dengan pengetahuanku yang tak seberapa dengan pengetahuan Tuhan membuatku
sedikit tersenyum tersipu.
Pernah
Tuhan berkata pada firman-Nya.
Dia menciptakan manusia dari tanah
sebagai khalifah dibumi.
Sungguh
tinggi sekali derajat manusia, sebagai ‘ciptaan bungsu’ dari Tuhan tapi sudah
diberikan jabatan sedemikian besarnya. Menjadi khalifah dan pemimpin dimuka
bumi ini, karena inilah membuat ‘Kakak kita’ dalam tanda kutip atau yang sering
kita sebut dengan nama ‘setan’ menjadi iri kepada kita dan marah kepada Tuhan
sehingga menjadikan mereka beserta keturunannya terkutuk selamanya.
Tapi
kemudian saya membaca lagi firman Tuhan yang mengisahkan tentang leluhur kita
Adam A.S dan Hawa.
Adam dan Hawa dihasut setan untuk
memakan buah khuldi (buah yang dilarang Tuhan untuk dimakan) ditaman surga, dan
kemudian mereka memakannya. Lalu mendapati hal tersebut Tuhan marah, lalu
menurunkan Nabi Adam a.s dan Hawa dari surga ke Bumi.
Tidak
ada yang salah dari sana, Adam dan Hawa diturunkan kebumi karena mereka
melakukan kesalahan, mengindahkan perintah Tuhan jadi wajarlah kalau Tuhan
murka.
Tapi
lepas dari itu, jika kita lihat lagi ayat sebelumnya yang mengatakan kalau kita
diciptakan untuk mengemban tugas sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi jadi
dalam sebuah logika maka akan memang lah takdir kita bukan tinggal disurga tapi
dibumi. Karena kita khalifah dimuka bumi.
Menjadi
khalifah dibumi itu berarti kita haruslah tinggal dimuka bumi, mana ada
pemimpin yang baik bertempat tinggal diluar tempat yang akan dia pimpin.
Jadi
meskipun begitu logikanya, meskipun tanpa atau dengan Adam dan Hawa memakan atau
tidak buah khuldi, kita memang suatu saat nanti memang akan diturunkan kebumi
suatu saat nanti jika masanya tiba karena kita terlahir dengan tujuan menjadi
khalifah dimuka bumi.
Terkadang
saya berpikir, apa mungkin Tuhan hanya mencari-cari alasan saja ketika Dia
marah ketika Adam dan Hawa memakan buah khuldi dan kemudian menurunkan mereka
kebumi. Terkadang saya berpikir, apa mungkin Tuhan hanya sekedar mencari
kambing hitam saja ketika Dia marah kepada iblis/setan yang menggoda Adam dan
Hawa untuk memakan buah khuldi.
Tidak
ada yang tahu atas semua itu, karena ilmu manusia belum sampai dalam kajian
mengkritik Tuhan.
Tapi
tulisan ini dibuat bukan untuk bersu’udzon kepada Tuhan, karena kita yang hidup
didunia ini adalah cipatan-Nya, boneka-Nya. Tulisan ini hanyalah sebuah tulisan
yang tercipta dari semua pertanyaan akan Tuhan yang selalu menari-nari
dipikiran penulis tapi tidak tahu harus diajukan kepada siapa, karena jika
hanya ditanyakan kepada sesama manusia akan hanya menimbulkan debat kusir yang
tidak akan ada ujungnya. Tapi jika ditanyakan pada Tuhan didalam hati tidak
mendapat jawabannya.
Terkadang
diri ini selalu iri dengan orang-orang yang hidup pada jaman Nabi, karena semua
pertanyaan yang mengganggu pikiran tentang Tuhan akan bisa terjawab langsung
tidak seperti sekarang ini yang hanya bisa terbang diawang-awang saja.


0 komentar:
Posting Komentar