Jumat, 10 Juni 2016

Tuhan Kau Lucu (sekali)


Kita seperti bertandang kerumah seseorrang dengan harapan untuk meminta pertolongan, tapi kita tidak bertemu dengan orang itu.
Apakah orang itu ada dirumah ?? Apakah sang tuan rumah menerima kita sebagai tamu ?? Ataukah sebagai tamu kita sudah menjadi tamu yang baik bagi tuan rumah ?? Atau tuan rumah tidak menginginkan kedatangan kita karena telah mengganggu kenyamanan-Nya.
Mungkin seperti itulah analogi yang ada dalam pikiranku ketika kita semua berbondong-bondong melangkahkan kaki pergi ketempat peribadatan kita masing-masing, atau yang sering kita anggap sebagai ‘RUMAH TUHAN’.
Ya, rumah peribadatan adalah rumah Tuhan, kita adalah tamu, dan Tuhan adalah sang Tuan rumah itu.
Kita datang untuk meramaikan rumah itu tanpa kita sebenarnya tahu apakah sang tuan rumah ada dirumahnya atau sedang pergi berkunjung ketempat lain.
Sedang kita yang datang bertandang itu pastilah memiliki maksud dan tujuan tertentu layak nya kita bertandang kerumah orang lain, mungkin ada yang hanya sekedar menjalin silahturahmi (Habluminallah), mungkin juga ada yang datang memang karena diundang atau dipanggil oleh panggilan yang bernama adzan, atau mungkin kita datang untuk berterima kasih atas segala pertolongan Tuhan selama ini dalam hidup kita, dan mungkin juga kita datang karena kita berharap sesuatu atau meminta sesuatu pertolongan pada Tuhan sang ‘Tuan rumah’.
Tapi dari semua tujuan itu, kebanyakan dari kita yang datang bertujuan untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Meminta dan meminta.
Coba kalian ingat dalam ingatan kalian, selama kalian berdo’a apa saja yang pernah kalian dan kita ucapkan ?? Apakah kalimat ‘terima-kasih’ atau kalimat ‘kumohon’ atau ‘berikanlah’ ??
Secara tidak sadar kita datang kepada-Nya hanya untuk meminta dan meminta, kita hanya datang pada-Nya ketika hanya saat kita membutuhkan pertolongan dari-Nya.
Benar-benar lucu kita ini dan Tuhan pun juga demikian, lucu seperti kita.
Ada yang pernah berkata, ‘Membangun sesuatu hanya untuk dihancurkan itu hanya dilakukan pada anak kecil kepada mainnannya’.
Sebuah kalimat yang bijak tapi lucu menurutku.
Kenapa demikian ??
Coba kau pikirkan lagi tingkah laku Tuhan pada alam ini.
Tertulis dengan jelas dalam ayatnya yang maha agung bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi dalam waktu ribuan tahun lamanya, mungkin itu waktu yang cepat bagi Tuhan tapi tidak bagi kita manusia. Tapi kemudian pada ayat Nya yang selanjutnya Tuhan menegaskan akan tiba hari kehancuran yang dinamakan kiamat. Hari dimana alam semesta ini hancur lebur tak tersisa lagi.
Tuhan menciptakan dan kemudian menghancurkan.
Apakah dalah hal ini seperti kata orang tadi, bahwa Tuhan termasuk kategori ‘anak kecil’ dalam tanda kutip ??
Tuhan maha besar, tidak mungkinlah Dia kekanak-kanakan.
Tapi meskipun begitu terkadang kelakuan Tuhan memang sangat lucu menurutku, sering aku menerawang mengingat kembali apa yang Tuhan tulis dalam kitab Nya dan dengan pengetahuanku yang tak seberapa dengan pengetahuan Tuhan membuatku sedikit tersenyum tersipu.
Pernah Tuhan berkata pada firman-Nya.
Dia menciptakan manusia dari tanah sebagai khalifah dibumi.
Sungguh tinggi sekali derajat manusia, sebagai ‘ciptaan bungsu’ dari Tuhan tapi sudah diberikan jabatan sedemikian besarnya. Menjadi khalifah dan pemimpin dimuka bumi ini, karena inilah membuat ‘Kakak kita’ dalam tanda kutip atau yang sering kita sebut dengan nama ‘setan’ menjadi iri kepada kita dan marah kepada Tuhan sehingga menjadikan mereka beserta keturunannya terkutuk selamanya.
Tapi kemudian saya membaca lagi firman Tuhan yang mengisahkan tentang leluhur kita Adam A.S dan Hawa.
Adam dan Hawa dihasut setan untuk memakan buah khuldi (buah yang dilarang Tuhan untuk dimakan) ditaman surga, dan kemudian mereka memakannya. Lalu mendapati hal tersebut Tuhan marah, lalu menurunkan Nabi Adam a.s dan Hawa dari surga ke Bumi.
Tidak ada yang salah dari sana, Adam dan Hawa diturunkan kebumi karena mereka melakukan kesalahan, mengindahkan perintah Tuhan jadi wajarlah kalau Tuhan murka.
Tapi lepas dari itu, jika kita lihat lagi ayat sebelumnya yang mengatakan kalau kita diciptakan untuk mengemban tugas sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi jadi dalam sebuah logika maka akan memang lah takdir kita bukan tinggal disurga tapi dibumi. Karena kita khalifah dimuka bumi.
Menjadi khalifah dibumi itu berarti kita haruslah tinggal dimuka bumi, mana ada pemimpin yang baik bertempat tinggal diluar tempat yang akan dia pimpin.
Jadi meskipun begitu logikanya, meskipun tanpa atau dengan Adam dan Hawa memakan atau tidak buah khuldi, kita memang suatu saat nanti memang akan diturunkan kebumi suatu saat nanti jika masanya tiba karena kita terlahir dengan tujuan menjadi khalifah dimuka bumi.
Terkadang saya berpikir, apa mungkin Tuhan hanya mencari-cari alasan saja ketika Dia marah ketika Adam dan Hawa memakan buah khuldi dan kemudian menurunkan mereka kebumi. Terkadang saya berpikir, apa mungkin Tuhan hanya sekedar mencari kambing hitam saja ketika Dia marah kepada iblis/setan yang menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi.
Tidak ada yang tahu atas semua itu, karena ilmu manusia belum sampai dalam kajian mengkritik Tuhan.
Tapi tulisan ini dibuat bukan untuk bersu’udzon kepada Tuhan, karena kita yang hidup didunia ini adalah cipatan-Nya, boneka-Nya. Tulisan ini hanyalah sebuah tulisan yang tercipta dari semua pertanyaan akan Tuhan yang selalu menari-nari dipikiran penulis tapi tidak tahu harus diajukan kepada siapa, karena jika hanya ditanyakan kepada sesama manusia akan hanya menimbulkan debat kusir yang tidak akan ada ujungnya. Tapi jika ditanyakan pada Tuhan didalam hati tidak mendapat jawabannya.
Terkadang diri ini selalu iri dengan orang-orang yang hidup pada jaman Nabi, karena semua pertanyaan yang mengganggu pikiran tentang Tuhan akan bisa terjawab langsung tidak seperti sekarang ini yang hanya bisa terbang diawang-awang saja.



0 komentar:

Posting Komentar