Rabu, 01 Juni 2016

Terror Is Not Something For Take A Sensation.


Baru beberapa hari tahun baru 2016 berjalan, bahkan belum sampai sebulan lewat. Sebuah bencana terjadi dan membuka tahun yang awalnya penuh harapan ini menjadi sebuah tahun yang penuh duka cita, dengan pandainya beberapa sekelompok orang mencuri perhatian Indonesia bahkan separuh dunia yang peduli terhadap sebuah kemanusiaan.
Sebuah tragedi terjadi disebuah pusat keramaian di Ibu kota.
Bom meledak di Tamrin
Setidaknya seperti itulah yang tertulis disebuah tagline berita pada hari itu yang terbaca oleh saya, dan tampak gambar video tentang bagaimana keadaan paniknya orang-orang yang tidak tahu apa-apa ini dan juga tampak pula bagaimana aksi para penegak keadilan mencoba meredam keadaan ini.
Korban jiwa dan luka-luka tidak terelakkan, tercatat 8 orang korban meninggal dari pihak pelaku dan juga masyarakat serta kepolisian.
Banyak spekulasi yang mulai beredar seiring dengan meredanya keadaan ini.
Mulai dari spekulasi kalau ini hanya rekayasa, pengalihan isu, dan memang itu murni dari kegiatan terorisme satu persatu muncul kepermukaan bersamaan dengan hembusan kicauan mulut para pakar.
Banyak aksi simpatik juga muncul seakan tak mau kalah dengan aksi para pengamat, mulai dari aksi damai sampai kepada aksi didunia maya.
Tapi ada satu statemen yang menarik perhatian saya, yang dihembuskan oleh pengamat (yang saya lupa namanya siapa).
Pengamat ini mengatakan kalau tindakan peledakan bom ini, dilakukan oleh para pelaku hanya untuk mencari sensasi semata. Mencari sensasi ??
Terlepas dari benar atau tidaknya statemen ini, saya berpikir. Apa yang ada dipikiran mereka yang meledakkan bom ini, melakukan ini semua hanya untuk mencari sensasi.
Kalau mau cari sensasi, coba carilah hal yang masuk akal dan manusiawi. Dengan melakukan pura-pura kesurupan masal misalnya.
Sebab setidaknya pura-pura kesurupan masal akan lebih baik dibandingkan melakukan pengeboman dan membuat kegaduhan dipusat keramaian. Karena selain aman, tidak banyak bahkan tidak akan pernah memakan korban dibandingkan meledakkan bom. Pura-pura kesurupan masal, menurut saya lebih ekonomis. Karena tidak mengeluarkan biaya.
Sebab mereka para pelaku itu cukup pura-pura kesurupan dan bertingkah seperti orang yang hilang akal dan berlari-lari ditengah keramaian orang, pasti juga akan menarik perhatian orang dan masuk berita nasional karena telah terjadi kesurupan masal di sebuah pusat keramaian.
Dibandingkan dengan meledakkan bom, kesurupan pasar menurut saya lebih jitu. Karena dari yang saya dengar, bom yang mereka ledakkan itu bahannya terbuat dari gas LPG 3 Kg dan pernak pernik lainnya. Kita tahu sekarang gas LPG itu langka dan kalaupun ada itu harganya mahal sekali, berarti mereka sudah keluar modal buat melakukan itu semua.
Belum lagi modal untuk membeli senjata api dan pelurunya, semua itu pasti keluar uang banyak.
Jadi kalo menurut saya buat yang mau meledakkan bom dengan niat cuman buat cari sensasi mending diganti aja dengan cara lain yang lebih jitu dan mudah. Kalo kalian gak mau terlihat bodoh buat pura-pura kesurupan, kan bisa cari cara yang lain, seperti: Nari harlem shack ditengah jalan, pacaran sama bule, atau kalian bisa ikut cara artis buat cari sensasi yaitu dengan kawin cerai.
Terlepas dari benar atau tidaknya kata pengamat itu, tapi yang jelas apapun alasannya meledakkan bom bahkan sampai bunuh diri, semua itu tidak masuk akal.
#KamiTidakTakut


0 komentar:

Posting Komentar