Baru
beberapa hari tahun baru 2016 berjalan, bahkan belum sampai sebulan lewat.
Sebuah bencana terjadi dan membuka tahun yang awalnya penuh harapan ini menjadi
sebuah tahun yang penuh duka cita, dengan pandainya beberapa sekelompok orang
mencuri perhatian Indonesia bahkan separuh dunia yang peduli terhadap sebuah
kemanusiaan.
Sebuah
tragedi terjadi disebuah pusat keramaian di Ibu kota.
Bom meledak di Tamrin
Setidaknya
seperti itulah yang tertulis disebuah tagline berita pada hari itu yang terbaca
oleh saya, dan tampak gambar video tentang bagaimana keadaan paniknya
orang-orang yang tidak tahu apa-apa ini dan juga tampak pula bagaimana aksi
para penegak keadilan mencoba meredam keadaan ini.
Korban
jiwa dan luka-luka tidak terelakkan, tercatat 8 orang korban meninggal dari
pihak pelaku dan juga masyarakat serta kepolisian.
Banyak
spekulasi yang mulai beredar seiring dengan meredanya keadaan ini.
Mulai
dari spekulasi kalau ini hanya rekayasa, pengalihan isu, dan memang itu murni
dari kegiatan terorisme satu persatu muncul kepermukaan bersamaan dengan
hembusan kicauan mulut para pakar.
Banyak
aksi simpatik juga muncul seakan tak mau kalah dengan aksi para pengamat, mulai
dari aksi damai sampai kepada aksi didunia maya.
Tapi
ada satu statemen yang menarik perhatian saya, yang dihembuskan oleh pengamat
(yang saya lupa namanya siapa).
Pengamat
ini mengatakan kalau tindakan peledakan bom ini, dilakukan oleh para pelaku
hanya untuk mencari sensasi semata. Mencari sensasi ??
Terlepas
dari benar atau tidaknya statemen ini, saya berpikir. Apa yang ada dipikiran
mereka yang meledakkan bom ini, melakukan ini semua hanya untuk mencari
sensasi.
Kalau
mau cari sensasi, coba carilah hal yang masuk akal dan manusiawi. Dengan
melakukan pura-pura kesurupan masal misalnya.
Sebab
setidaknya pura-pura kesurupan masal akan lebih baik dibandingkan melakukan
pengeboman dan membuat kegaduhan dipusat keramaian. Karena selain aman, tidak
banyak bahkan tidak akan pernah memakan korban dibandingkan meledakkan bom.
Pura-pura kesurupan masal, menurut saya lebih ekonomis. Karena tidak
mengeluarkan biaya.
Sebab
mereka para pelaku itu cukup pura-pura kesurupan dan bertingkah seperti orang
yang hilang akal dan berlari-lari ditengah keramaian orang, pasti juga akan
menarik perhatian orang dan masuk berita nasional karena telah terjadi
kesurupan masal di sebuah pusat keramaian.
Dibandingkan
dengan meledakkan bom, kesurupan pasar menurut saya lebih jitu. Karena dari
yang saya dengar, bom yang mereka ledakkan itu bahannya terbuat dari gas LPG 3
Kg dan pernak pernik lainnya. Kita tahu sekarang gas LPG itu langka dan
kalaupun ada itu harganya mahal sekali, berarti mereka sudah keluar modal buat
melakukan itu semua.
Belum
lagi modal untuk membeli senjata api dan pelurunya, semua itu pasti keluar uang
banyak.
Jadi
kalo menurut saya buat yang mau meledakkan bom dengan niat cuman buat cari
sensasi mending diganti aja dengan cara lain yang lebih jitu dan mudah. Kalo
kalian gak mau terlihat bodoh buat pura-pura kesurupan, kan bisa cari cara yang
lain, seperti: Nari harlem shack ditengah jalan, pacaran sama bule, atau kalian
bisa ikut cara artis buat cari sensasi yaitu dengan kawin cerai.
Terlepas
dari benar atau tidaknya kata pengamat itu, tapi yang jelas apapun alasannya
meledakkan bom bahkan sampai bunuh diri, semua itu tidak masuk akal.
#KamiTidakTakut

0 komentar:
Posting Komentar