Kamis, 21 April 2016

Titip Salam Pada Hatimu


Kepada hati yang dirasa tidak akan pernah (lagi) bisa bertemu, titip salam pada hatimu yang pernah serasa itu tercipta untukku. Meski tahu bahwa ini rindu, serasa seperti wangi dupa yang dibakar dan mengepul asap diudara masih terkadang terasa. Harum, menyejukkan rongga dada tapi perlahan menyesakkan.
Kepada hati yang nun jauh disana, yang tak pernah akan tergapai oleh pelukan dan tatapan mata. Titip salam pada hatimu, katakan padanya bahwa salam ini dari dia yang pernah menunggu kepulanganmu. Dari hati yang senantiasa sabar menanti kabar dari hati yang dirindukan.
Titip salam pada hatimu, sebuah salam terakhir dan perpisahan.
Dentang lonceng bergemuruh kencang, lantunan kidung perpisahan sudah mengalun sunyi di iringi angin semilir mendayu-dayu menerbangkan daun kasih yang sudah tua dan berguguran hingga jauh hingga tidak lagi bisa lagi terbiaskan oleh mata.
Kita harus suka dengan ini, dengan keadaan ini. Titip salam pada hatimu, katakanlah begitu.
Sudah tidak ada lagi momen-momen menunggu dering telepon berbunyi, dengan harapan ketika mengucapkan kata ‘hallo’ akan ada suaramu yang terdengar dibalik sinyal elektromagnetik yang disambungkan oleh partikel-partikel atom didudara itu.
Tidak akan ada lagi debar didalam dada ketika melihat namamu pada layar selular tanda panggilan darimu, titip salam pada hatimu.
Titip salam pada hatimu, dan katakan padanya bahwa drama ini sudah klimak dan telah hampir pasti menjelang akhir. Intro, isi, dan konflik sudah kita lewati.
Jangan bersedih kasih, titip salam pada hatimu. Dan katakan padanya bahwa ternyata tak ada cinta yang manis, dan ini sudah yang kesekian kalinya. Didalam setiap detik-detiknya, benakku ini selalu bertutur. Sang dewi telah mencoba berjalan pelan, memastikkan tak ada lagi benih romansa yang menjanjikan kebahagiaan yang terlalu dini untuk dirasa.
Titip salam pada hatimu, dan bilang padanya.
Aku cinta kau sungguh, dibalik isyarat semu yang kuberikan padamu. Aku cinta kau sungguh, meskipun hati ini telah kau hancurkan berulang kali. Aku cinta kaus sungguh, meskipun penantian ini tak berpihak kepadaku. Aku cinta kau sungguh, meski ku harus mengais sisa cinta dihatimu.
Tapi ingatlah kasih, titip salam pada hatimu. Tidak semua kisah itu berakhir manis, begitupun kisah yang kita buat.
Titip salam pada hatimu, dari aku yang (masih) mencintaimu. Sampaikan salamku ini pada hati yang sekarang kibasan sayapnya telah terlepas bebas, dan terbang perlahan menembus cakrawala meninggalkan hati yang tak bersayap, yang masih menatap nanar kearah dimana dia pernah kehilangan.

0 komentar:

Posting Komentar