Kepada
hati yang dirasa tidak akan pernah (lagi) bisa bertemu, titip salam pada hatimu
yang pernah serasa itu tercipta untukku. Meski tahu bahwa ini rindu, serasa
seperti wangi dupa yang dibakar dan mengepul asap diudara masih terkadang
terasa. Harum, menyejukkan rongga dada tapi perlahan menyesakkan.
Kepada
hati yang nun jauh disana, yang tak pernah akan tergapai oleh pelukan dan
tatapan mata. Titip salam pada hatimu, katakan padanya bahwa salam ini dari dia
yang pernah menunggu kepulanganmu. Dari hati yang senantiasa sabar menanti
kabar dari hati yang dirindukan.
Titip
salam pada hatimu, sebuah salam terakhir dan perpisahan.
Dentang
lonceng bergemuruh kencang, lantunan kidung perpisahan sudah mengalun sunyi di
iringi angin semilir mendayu-dayu menerbangkan daun kasih yang sudah tua dan
berguguran hingga jauh hingga tidak lagi bisa lagi terbiaskan oleh mata.
Kita
harus suka dengan ini, dengan keadaan ini. Titip salam pada hatimu, katakanlah
begitu.
Sudah
tidak ada lagi momen-momen menunggu dering telepon berbunyi, dengan harapan
ketika mengucapkan kata ‘hallo’ akan ada suaramu yang terdengar dibalik sinyal
elektromagnetik yang disambungkan oleh partikel-partikel atom didudara itu.
Tidak
akan ada lagi debar didalam dada ketika melihat namamu pada layar selular tanda
panggilan darimu, titip salam pada hatimu.
Titip
salam pada hatimu, dan katakan padanya bahwa drama ini sudah klimak dan telah
hampir pasti menjelang akhir. Intro, isi, dan konflik sudah kita lewati.
Jangan
bersedih kasih, titip salam pada hatimu. Dan katakan padanya bahwa ternyata tak ada cinta yang manis, dan
ini sudah yang kesekian kalinya. Didalam setiap detik-detiknya, benakku ini
selalu bertutur. Sang dewi telah mencoba berjalan pelan, memastikkan tak ada
lagi benih romansa yang menjanjikan kebahagiaan yang terlalu dini untuk dirasa.
Titip
salam pada hatimu, dan bilang padanya.
Aku
cinta kau sungguh, dibalik isyarat semu yang kuberikan padamu. Aku cinta kau
sungguh, meskipun hati ini telah kau hancurkan berulang kali. Aku cinta kaus
sungguh, meskipun penantian ini tak berpihak kepadaku. Aku cinta kau sungguh,
meski ku harus mengais sisa cinta dihatimu.
Tapi
ingatlah kasih, titip salam pada hatimu. Tidak semua kisah itu berakhir manis,
begitupun kisah yang kita buat.
Titip
salam pada hatimu, dari aku yang (masih) mencintaimu. Sampaikan salamku ini
pada hati yang sekarang kibasan sayapnya telah terlepas bebas, dan terbang
perlahan menembus cakrawala meninggalkan hati yang tak bersayap, yang masih
menatap nanar kearah dimana dia pernah kehilangan.


0 komentar:
Posting Komentar